Kalap Makan, Deretan Penyakit Ini Rentan Kambuh Pasca Lebaran

Ilustrasi wanita/sedih.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Ada pergeseran penyakit pasca Ramadhan yang berbeda seperti tahun sebelumnya di era COVID-19 ini. Karena sebagian besar masyarakat tidak melakukan mudik, faktor kelelahan karena proses mudik tidak terjadi pada mereka.

Selain itu, tidak ada kemacetan yang luar biasa, tidak ada orang yang berdesak-desakan untuk berebut naik bus atau naik kereta. Tetapi apakah penyakit pasca Lebaran tidak meningkat di era pandemi global COVID-19 ini?

Dituturkan Dekan FKUI sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof. dr. Ari F. Syam Sp.PD, secara teori, setelah puasa Ramadhan, seseorang yang berpuasa seharusnya memiliki kesehatan prima. Sebab, pada saat puasa, tubuh sudah melakukan proses detoksifikasi, pengontrolan gula darah dan kolesterol.

"Dan tercapainya ketenangan jiwa yang optimal sehingga manusia yang berpuasa akan dilahirkan sebagai seorang bayi dengan kondisi yang bersih. Tapi faktanya banyak juga masyarakat yang mendapatkan sebaliknya setelah puasa Ramadhan berakhir. Terjadi gangguan kesehatan bahkan sampai mengalami kecacatan dan kematian," ujar Prof. Ari, dalam keterangannya, Senin, 17 Mei 2021.

Apa pemicunya?

Prof. Ari menyebut bahwa berbagai penyakit kronik umumnya cenderung akan mengalami kekambuhan setelah Lebaran. Apalagi seorang akan stay at home dan tidak banyak bergerak karena tidak ada acara berkunjung selama masa pandemi global ini.

"Makan dan mengemil menjadi kompensasi yang bisa dilakukan sebagian besar masyarakat pasca puasa Ramadhan ketika stay at home," tegas Prof. Ari.

1. Makanan tinggi lemak dan garam

Alih-alih sajian sehat, makanan dan minuman yang tersedia selama Lebaran ini biasanya akan lebih banyak dan bervariasi dengan kandungan tinggi lemak, manis dan asin. Biasanya makanan yang berlemak cenderung menjadi pilihan karena bisa tahan lama dan bisa dipanaskan berulang.

"Budaya untuk menghadirkan makanan dan camilan yang bervariasi tampaknya akan tetap dilakukan oleh sebagian besar masyarakat," papar Prof. Ari.

2. Minuman manis dan bersoda

Berbagai minuman kaleng yang bersoda juga tersedia selama Lebaran. Apalagi makanan dan minuman yang tersedia hanya dikonsumsi oleh anggota keluarga.

"Masing-masing kerabat akan menahan diri untuk saling bersilaturahmi. Sehingga makanan dan minuman yang di rumah hanya dikonsumsi sendiri," tutur Prof. Ari.

Bahaya mengintai

Tentunya bisa saja makanan-minuman ini juga dikonsumsi oleh seseorang yang sudah mempunyai penyakit kronik, dan penyakitnya pun dapat mengalami kekambuhan. Tubuh menjadi tak stabil sehingga rentan akan komplikasi penyakit kronik tersebut.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

"Pasien dengan penyakit kencing manis akan cenderung gula darahnya menjadi tidak terkontrol," jelasnya.

Serupa pada pasien dengan penyakit darah tinggi, tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol. Demikian pula pada pasien dengan hiperkolesterol atau asam urat tinggi, maka keadaan kolesterol dan asam urat tingginya menjadi bertambah parah.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Kalau pasien yang sudah obesitas dan jika saat berpuasa sudah mengalami penurunan berat badan, sehabis Lebaran cenderung berat badannya kembali seperti sebelum puasa, dan jika makannya tidak terkontrol selama lebaran bahkan berat badannya akan bertambah melonjak.

"Musti selalu diingat pasien COVID-19 dengan penyakit penyerta, termasuk obesitas akan mempunyai prognosis buruk dan mendapat komplikasi jika terinfeksi covid-19. Oleh karena berat badan yang sudah turun ini harus dipertahankan," Prof. Ari menyarankan.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara
Jelita Ramlan

Jelita Ramlan Berhasil Turunkan Berat Badan dari 160 Kg Jadi 95 Kg, Ternyata Ini Rahasianya

Jelita Ramlan, adik dari Olla Ramlan berhasil menurunkan berat badan dari 160 kg menjadi 95 kg. Diakuinya penambahan berat badan semakin drastis saat pandemi COVID-19.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024