Kolom Prof Tjandra: 3 Hal Bila Terpaksa Berada dalam Kerumunan

Guru Besar Paru FKUI & Mantan Direktur Regional WHO SEARO, Profesor Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • satgas covid-19

VIVA – Belum lama ini media diramaikan dengan berita penuhnya orang di pasar-pasar dan mal. Kita juga mengetahui aturan larangan mudik serta juga ada edaran tentang bagaimana sebaiknya berkegiatan di seputar Hari Raya Idul Fitri beberapa hari lagi ini.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Tentu sudah jelas bahwa anjuran agar lebih baik di rumah saja kalau tidaklah terlalu perlu keluar. Di sisi lain, kalau toh harus terpaksa berada dalam suatu bentuk kumpulan orang -karena sebab apapun- maka setidaknya ada tiga hal yang perlu dapat perhatian penting dan sebaiknya dilakukan untuk keamanan kita.

Pertama, sejumlah orang berada bersama di luar ruangan tentu membuat kemungkinan penularan COVID-19 lebih rendah daripada bersama di dalam ruangan. World Health Organization (WHO) menyebutnya sebagai “open air spaces safer than enclosed spaces”. Artinya ada dua hal kalau harus berkumpul, kesatu memang akan jauh lebih baik kalau dilakukan di udara terbuka saja dan kedua kalau terpaksa harus di dalam ruangan maka seharusnya ada ventilasi terbuka dengan udara luar.

Dedi Mulyadi Sindir Pemkot Depok Soal Damkar Tak Dilengkapi Peralatan Lengkap Saat Tugas

Pada ruangan-ruangan yang katakanlah tidak ada jendela terbuka maka perlu pengaturan sistem udara dengan baik, tentu dengan menggunakan kaidah teknik lingkungan kesehatan agar sirkulasi udara dalam ruangan terjaga baik.

Kedua, menjaga jarak memang salah satu kunci utama untuk mengurangi risiko penularan COVID-19. Tetaplah dijaga jarak sedikitnya 1 meter dengan orang lain di sekitar kita, ada juga yang menyebut jarak lebih jauh khususnya kalau di dalam ruangan. Yang jelas, WHO menyebutnya sebagai “farther away from others safer than close together”. Hal ini untuk mencegah penularan kalau barangkali di sekitar kita ada ada yang batuk, bersin atau berbicara keras. Dalam hal batuk maka kembali diingatkan perlunya orang melakukan etika batuk, yaitu menutup mulutnya dengan lengan atas dan jangan dengan tapak tangan.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Hal ketiga adalah lamanya waktu seseorang berada dalam kerumunan orang. Tentu saja lebih pendek waktu seseorang dalam kerumunan maka akan lebih kecil kemungkinan tertular COVID-19, dan kalau berlama-lama maka makin makin besar kemungkinan penularannya. WHO menyebutnya sebagai “shorter time periods with others are safer”. Artinya, kalau memang terpaksa harus berada dalam kerumunan maka baik kalau direncanakan dengan baik tentang apa yang akan dilakukan, sehingga dalam waktu singkat dapat diselesaikan dan kembali ke rumah.

Kesemua hal di atas tentu harus dijalankan dengan penggunaan masker yang tepat dan baik. Seperti diketahui bahwa ada bentuk masker bedah yang biasa dipakai petugas kesehatan dan ada juga masker nonbedah yang anjurannya memang dalam bentuk 3 lapis. Selain itu, kebiasaan selalu mencuci tangan tentu juga harus selalu dilakukan secara rutin, baik dengan air mengalir dan sabun dan atau dengan menggunakan hand sanitizer.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI
Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Saat ini kasus COVID-19 masih tinggi. Tetap patuhi protokol kesehatan dan jangan lupa lakukan 3M, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#jagajarak
#pakaimasker
#satgascovid19
#cucitanganpakaisabun

Sebaran debu erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Lombok (sumber: BMKG Statmet ZAM Praya)

Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Sampai Lombok, Warga Diminta Gunakan Masker

Debu Erupsi Gunung Lewotobi Sampai Lombok, BMKG Imbau Warga Gunakan Masker

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024