Varian Baru COVID-19 Sudah Masuk Indonesia, Samakah Gejalanya?
- Times of India
VIVA – Tiga jenis varian baru virus corona sudah masuk ke Indonesia. Ketiganya adalah varian B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan dan varian B1617 yang berasal dari India.
Mengingat ketiganya adalah jenis varian baru, lalu bagaimana dengan gejalanya? Sama atau berbeda dengan COVID-19 yang selama ini sudah ada?
Spesialis penyakit dalam, dr. Robert Sinto, Sp.PD-KPTI, menjelaskan, sejauh ini gambarannya masih sama. Sebab menurut dia, lokasi 'tempat duduk' untuk mengakibatkan gejalanya masih sama.
"Tapi sudah mulai ada laporan bahwa beberapa jenis virus baru ini, itu tidak menempel pada saluran napas atas kita, tapi langsung menempel pada 'tempat duduknya' di paru. Sehingga gejala parunya jadi lebih cepat dan lebih berat," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat di tvOne, Rabu 5 Mei 2021.
Namun, dokter Sinto mengingatkan, hal itu baru sebatas laporan, belum dalam penelitian skala besar.
"Tapi, secara umum gejalanya kurang lebih sama dengan tampilan-tampilan yang mungkin bisa berbeda varian," tutur dia.
Lebih lanjut Sinto menjelaskan, pemerintah Amerika Serikat menyebut varian baru COVID-19 yang ada pada saat ini berada pada level 2. Apa artinya?
"Kalau mutan level 3 adalah mutan yang bahkan pencegahannya yang sudah kita lakukan selama inipun tidak bermanfaat. Untungnya mutan-mutan yang ada sampai saat ini (level 2) masih berpengaruh pada respons terhadap pengobatan, transmisi penyebaran, tapi belum berdampak khusus pada upaya pencegahan," ujarnya.
Nah, selama jenis-jenis varian COVID-19 ini masih bisa dicegah dengan protokol kesehatan, langkah yang paling tepat dan bijak menurut Sinto adalah menerapkan tindakan pencegahan sebisa dan sebaik mungkin untuk diri kita pribadi.
"Sehingga keamanan itu bukan hanya untuk diri kita, tapi untuk keluarga kita juga. Jadi tidak ada cara lain, lakukan 5M termasuk mengikuti aturan pemerintah tentang mudik, kerumunan, yang sudah melindungi kita sejauh satu tahun ini. Jangan sampai dilanggar sehingga mengakibatkan kecelakaan bagi kita di tahun kedua dan seterusnya," kata dr. Robert Sinto.