6 Hal Ini Pengaruhi Efektivitas Vaksin COVID-19

Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Pemerintah telah memulai program pemberian Vaksin COVID-19 pada kelompok tertentu sejak Januari 2021. Setiap orang yang telah divaksin pun mengalami respons yang berbeda-beda, bahkan ada yang bisa tertular kembali.

10 Cara Cerdas Menghemat Biaya Perawatan Anabul di Rumah

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Alergi Immunologi, Dr. dr. Gatot Soegiarto, Sp.PD-KAI, FINASIM mengatakan, tak ada vaksin yang memberikan perlindungan hingga 100 persen. Untuk itu, WHO juga memberikan standar efikasi 50 persen pada vaksin yang ada saat ini. Artinya, untuk terinfeksi pasca divaksinasi pun masih ada, meski kemungkinannya rendah.

Hal itu juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dari tiap orang, termasuk pola hidupnya. Berikut faktor-faktor yang meningkatkan khasiat vaksin di tubuh, dikutip dari webinar bersama Imboost.

Wamendagri Ribka Sosialisasikan Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Jayawijaya

1. Usia

Dokter Gatot menyebut, orang yang usianya muda dibandingkan dengan yang tua, respons atau titer antibodi yang dibentuk lebih rendah yang berusia lebih tua. Karena orang tua mengalami penurunan fungsi. Salah satunya fungsi imun yang menurun.

Kunjungan ke Jayawijaya, Wamendagri Ribka Ingatkan Bahaya Stunting bagi Anak-Anak

Menurut dokter Gatot, lansia disarankan mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, karena sifatnya kalau imun lemah dia membantu meningkatkan, kalau sudah berlebihan akan mengerem.

"Lansia itu mengalami penurunan fungsi imun. Lansia kalau mengonsumsi immunomodulator seperti echinace purpurea, maka pemberian itu bagus. Artinya, dalam kondisi yang kurang, maka lansia harus dibantu atau dirangsang dengan immunomodulator seperti echinacea purpurea," katanya.  

2. Gender

Pada perempuan dan laki-laki, ternyata pembentukan antibodi terlihat lebih baik pada kaum hawa. Hal itu terbukti lantaran peneliti telah menemukan titer antibodi pada perempuan memang lebih banyak dibanding laki-laki.

3. Kualitas Gizi

Orang dengan gizi bagus respons antibodi lebih tinggi dibandingkan dengan yang bergizi buruk. Terlebih, ada bahan tertentu yang memiliki kemampuan untuk membentuk titer antibodi seperti echinacea purpurea, bahan herbal yang bermanfaat sebagai immunomodulator.

"Penggunaan immunomodulator seperti echiancea purpurea ternyata bisa meningkatkan titer antibodi terhadap vaksinasi. Respon tubuh menjadi lebih baik," jelas Dr. Gatot.

Hal yang sama dikemukakan Anggota Tim Advokasi Vaksin Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Dr dr Erlina Burhan MSc SpP(K). Masyarakat yang sudah mendapat vaksin Covid pun  tetap butuh suplemen seperti immunomodulator.

"Sebenarnya, suplemen atau vitamin itu ada di makanan, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Tapi, tidak semua orang suka sayur dan buah. Jadi, menurut saya, harus ada beberapa ikhtiar untuk menghindari terjadinya infeksi COVID-19 ini. Selain vaksinasi, juga bisa menjalankan 5M, termasuk juga dengan meningkatkan imunitas tubuh, salah satunya dengan mengonsumsi immunomodulator," kata Dr. Erlina.    

4. Obat yang dikonsumsi

Dokter Gatot menepis anggapan, saat pemberian vaksin dosis 1 ke dosis 2 tidak boleh mengonsumsi immunomodulator. Antara jeda vaksinasi dosis 1 dan dosis 2 kita boleh mengonsumsi immunomodulator

"Ini memang tergantung obat yang dikonsumsi," tegas Gatot.

Kalau obatnya steroid, obat penurun panas, kalau dikonsumsi hanya sehari sesuai kebutuhan tidak masalah. Tapi kalau berkepanjangan, ada jurnal yang meneliti bahwa konsumsi yang berlebihan dengan jenis obat ini (steroid, obat penurun panas,) maka titer antibodinya menurun.

"Namun, kalau yang digunakan adalah immunomodulator echinacea purpurea, justru yang meningkatkan titer antibodi. Justru itu yang boleh," kata dokter Gatot.

5. Penyakit Penyerta

Orang yang memiliki penyakit penyerta, kemampuannya untuk membentuk antibodi juga lebih rendah dibandingkan orang yang tidak memiliki penyakit penyerta. Hal ini dipengaruhi banyak hal, termasuk obat yang dikonsumsi untuk meredam penyakitnya hingga respons imun yang dibentuk.

6. Tingkat Stres

Faktor stres juga berpengaruh. Orang yang stres, kemampuan membentuk antibodinya juga menurun. Termasuk untuk mereka yang mengonsumsi antibiotika, respon imun atau kemampuan untuk membentuk antibodi juga turun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya