Remaja Koma Usai Terima Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson
- Freepik/jcomp
VIVA – Seorang remaja sehat berusia 18 tahun berada dalam keadaan koma usai menerima vaksin COVID-19 Johnson & Johnson (J&J). Bahkan, remaja itu harus menjalani tiga operasi otak karena pembekuan darah yang dialaminya.
Adalah Emma Burkey, sosok remaja yang menerima vaksin J&J dosis pertama pada 1 April. Namun, ia jatuh sakit seminggu kemudian.
Diketahui, remaja asal Las Vegas itu mulai mengalami kejang dan langsung dirawat di rumah sakit. Juru bicara keluarganya, Bret Johnson mengatakan, Emma harus diterbangkan ke rumah sakit di California karena dia membutuhkan perawatan khusus.
Di Rumah Sakit Loma Linda, Emma ditempatkan dalam kondisi koma, diintubasi, dan menghadapi tiga operasi untuk memperbaiki pembekuan darah.
"Dia membaik secara perlahan," kata Bret, dikutip dari laman The Sun.
Orang tua Emma, Russ dan Kathy mengatakan bahwa rumah sakit membatasi kunjungan ke putri mereka karena khawatir penyebaran COVID-19. Namun, kedua orangtuanya tetap optimis meski telah mengetahui anaknya menderita cedera otak parah.
Emma kini sudah tak lagi dalam kondisi koma. Alat bantu napas juga telah dilepas, namun dia masih tidak dapat berkomunikasi.
"Lambat, lambat, lambat, hari ini lagi, tapi kami akan menerimanya," tulis ayahnya di halaman GoFundMe yang dibuat untuk menggalang dana tagihan medisnya.
Emma juga baru bisa mengedipkan mata dan mengucapkan beberapa kata. Sebab, area lehernya terhalang oleh selang trakeostomi.
“Doakan agar detak jantungnya turun. Pembengkakan otak itu akan terus berkurang. Agar gumpalan darah akan terus diserap. Bahwa otak kecilnya yang rusak parah akan disembuhkan," ujar sang ayah.
“Kedipannya jauh lebih baik. Dia menjalani CT [scan] lagi ... yang menunjukkan tidak ada perdarahan dan sangat sedikit, tetapi kemajuan, dalam mengecilkan area yang rusak di otaknya. Pembengkakan otak masih menjadi masalah tapi bukan hal yang tidak terduga," tambah Russ.
Emma Burkey adalah satu dari sembilan kasus pembekuan darah yang berpotensi disebabkan oleh vaksin J&J yang saat ini sedang diselidiki oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Kedua agensi menyarankan pekan lalu agar Amerika Serikat berhenti menggunakan vaksin itu karena beberapa kasus pembekuan darah yang langka yang serius.
Pemerintah AS juga telah melaporkan bahwa enam wanita di bawah usia 50 yang menerima vaksin J&J COVID-19 telah mengembangkan bekuan darah trombosis sinus vena serebral (CVST).