Jalan Santai Sambil Berjemur Bisa Cegah Osteoporosis pada Lansia
- Pixabay/pexels
VIVA – Usia lanjut (lansia) kerap dikaitkan dengan beragam penyakit, termasuk osteoporosis. Meski begitu, penyakit tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan melakukan olahraga yang aman dan tepat, apalagi di tengah pandemi.
Minimnya latihan fisik saat di rumah selama era pandemi, mungkin juga membuat lansia rentan mengalami penurunan imunitas. Imbasnya, kesehatan fisiknya ikut tak bekerja maksimal.
"Usia 50 tahun sangat penting. Belum masuk lansia tapi usia 45 mulai terjadi perubahan siklus hormonal disebut sebagai masa-masa perimenopause, di mana hormonnya mulai turun. Masa itulah tulang alami penurunan paling cepat tanpa gejala," kata Ketua Umum Perhitungan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), dr Bagus Putu Putra Suryana, SpPD-KR, dalam acar virtual Anlene, baru-baru ini.
Menurutnya, perbedaan osteoporisis dan penyakit lainnya terlihat dari tanpa adanya gejala tersebut. Pada osteoporosis, biasanya tak menunjukkan gejala apapun hingga terjadi pengeroposan tulang yang sudah fatal.
"Karena pengeroposan terjadi di dalam tulang yang tidak menimbulkan rangsangan nyeri dan sebagainya. Gejala itu baru muncul kalau sudah mengalami patah tulang atau retak pada tulang. Baru timbul nyeri," ungkap dokter Bagus.
Untuk itu, dokter Bagus menyebut bahwa olahraga harus tetap dilakukan meski usia sudah tak lagi mudah dan di tengah pandemi. Tetapi, jenis olahraganya sendiri harus yang aman dan mencegah lansia dari risiko cedera.
"Maka aktivitas fisik perlu. Perhatikan frekuensi yang teratur serta olahraga tanpa hentakan sendi dan tulang atau (jenis olahraga) low impact seperti senam, jogging, jalan-jalan itu yang dianjurkan," kata dia.
Selain olahraga, sumber nutrisi juga sangat penting bagi lansia yang mencakup kebutuhan kalsium, fosfor, serta vitamin D. Maka, dengan berolahraga di luar ruangan dan terkena paparan sinar matahari, menambah sumber vitamin D bagi lansia.
"Yang utama kalsium dan fosfor. Pola makan bagus dan paparan sinar matahari yang cukup maka kebutuhan vitamin D sudah tercukupi. Kalau jarang olahraga dan aktivitas, membuat kekurangan vitamin D," tuturnya.