Belajar dari Monica Indah, Ketahui Bahaya Mengerikan Filler Payudara
- IG @moonicaindah
VIVA – Model seksi Monica Indah, melapor ke polisi atas dugaan malpraktik, usai melakukan filler payudara. Melihat unggahan temannya yang sudah lebih dulu melakukan, Monica akhirnya mengikuti jejak sang teman untuk filler payudara.
Namun nahas, seminggu kemudian, Monica mengalami demam dam merasakan nyeri yang teramat di payudaranya. Monica dibawa ke sebuah rumah sakit oleh teman-temannya. Pihak rumah sakit menyarankan Monica dioperasi karena infeksi yang dideritanya sudah parah.
Filler payudara atau pembesaran payudara memang menjadi salah satu jenis bedah kosmetik yang paling umum dilakukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan jumlah wanita yang melakukan prosedur ini.
Tapi hendaknya hati-hati jika ingin melakukan prosedur ini, agar tidak berujung seperti Monica Indah. Berikut bahaya yang ditimbulkan jika melakukan filler payudara.
Konsultan payudara dan ahli bedah endokrin Pusat Medis Prince Court, Malaysia, Dr Harjit Kaur, mengungkap, bahaya dari jenis prosedur ini adalah banyaknya ahli kecantikan tidak berizin serta klinisi yang menawarkan layanan ini.
Prosedur yang rumit ditambah dengan praktisi tanpa izin, seringkali mengakibatkan filler disuntikan langsung ke jaringan payudara. Hal ini menimbulkan konsekuensi medis yang berbahaya.
"Saat para wanita ini datang untuk menjalani scan, seluruh tekstur dan arsitektur payudara benar-benar terhapus oleh filler. Ahli bedah kemudian tidak dapat membedakan antara jaringan alami dan pengisi. Selama periode waktu tertentu, filler mulai membentuk granuloma, yang muncul sebagai benjolan yang menyakitkan di payudara," ujar Dr Harjit, dilansir The Star, Kamis, 1 April 2021.
Harjit menambahkan, tidak hanya dapat terinfeksi dan berakhir sebagai abses di payudara, prosedur ini juga membuat sangat sulit untuk membedakan kumpulan cairan filler dan tumor.
"Hal ini hanya dapat dikonfirmasi dengan pemindaian MRI. Tetapi pemindaian MRI mahal dan oleh karena itu, wanita mungkin tidak dapat melakukannya dengan sering, sehingga berisiko tinggi terlewatnya benjolan kanker," kata dia.
Memasukkan benda asing ke dalam tubuh juga dapat menstimulasi risiko perubahan sel. Pada gilirannya, hal ini berpotensi menjadi kanker.
"Meskipun tidak ada cukup data untuk mengonfirmasi hal ini, tetapi itu sangat mungkin terjadi," kata Harjit memperingatkan.
Selain itu, ahli kecantikan yang berpraktik tanpa memiliki lisensi untuk memberikan suntikan, tidak hanya berisiko menyebabkan kemandulan, tapi cepat atau lambat kemungkinan terjadinya infeksi semakin tinggi, ketika granuloma terbentuk.
"Begitu ada infeksi, itu menyebar seperti api dan nanah bisa mulai keluar dari berbagai tempat di payudara," ungkap dia.
Oleh karena itu, bila terjadi infeksi berarti akan terjadi abses berulang yang membutuhkan pembedahan dan pengeringan berulang. Ini juga berarti ketika filler mulai menghilang, itu terjadi secara tidak merata sehingga menyebabkan payudara menjadi terdistorsi.
Beberapa wanita menjadi sangat tertekan dan mengalami trauma karena efek samping yang diderita dan kelainan bentuk payudara, sehingga mereka memilih untuk melakukan mastektomi dengan implan yang dipasang setelahnya.
Pada akhirnya, pilihan teraman bagi wanita yang ingin menjalani prosedur pembesaran payudara adalah melakukan implan payudara, karena dapat dilepas di kemudian hari jika wanita tersebut menginginkannya.
Alternatif lain adalah injeksi lemak, di mana sedot lemak dilakukan di tempat yang tidak diinginkan lalu disuntikkan ke payudara. Jenis prosedur ini tidak melibatkan benda asing, tetapi masih ada risiko berkembangnya infeksi dan nekrosis lemak (kematian sel lemak akibat cedera). Meskipun demikian, ini masih menjadi alternatif yang jauh lebih aman.