Masyarakat Masih Ragu, Pakar Tegaskan Vaksin COVID-19 Aman

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

VIVA – Vaksin COVID-19 dengan berbagai pilihan telah diedarkan ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kendati demikian, tak sedikit masyarakat yang masih meragukan keamanan dan efektivitasnya sehingga meningkatkan keengganan untuk divaksinasi. Padahal, vaksin COVID-19 sudah sangat aman.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

Vaksin COVID-19 di Tanah Air saat ini berasal dari perusahaan Sinovac dan AstraZeneca. Pemerintah pun telah menegaskan bahwa pemberian vaksin tersebut gratis. Kini, masyarakat telah divaksin secara bertahap sesuai kelompok prioritasnya.

Hanya saja, masyarakat awam kerap meragukan keamanan vaksin tersebut. Dituturkan dokter spesialis paru, DR. dr. Fathiyah, SpP(K), masyarakat tak perlu khawatir lantaran keamanan adalah syarat utama dalam perkembangan vaksin dan obat di berbagai dunia.

Kini Hadir Cara Mudah Pantau Kesehatan Anak

"Aman. Semua vaksin yang beredar seperti obat harus lewati 3 fase. Di fase 1 adalah di mana keamanannya kalau sudah terlewati maka tidak mungkin vaksin akan beredar luas," ujarnya dalam KALCare Covid-19 Education Series 3 dengan tema "Habis Vaksin Jadi Auto Kebal?" Minggu 14 Maret 2021.

Di fase pertama, kata dokter Fathiyah, vaksin juga akan diuji efektivitasnya atau manfaat yang diterima oleh subjek penelitian. Nantinya, di fase dua dan tiga akan diberikan pada subjek dengan jumlah yang lebih banyak untuk memastikan kedua hal itu lebih lanjut.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

"Sinovac aman. Benar-benar sudah melewati fase 1 dan 2. Sampai terakhir di fase tiga," jelasnya lagi.

Terlebih, vaksin juga sudah terbukti aman bagi pemilik penyakit penyerta atau komorbid seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis, TBC, hipertensi, hingga diabetes melitus. Tentu, pasien komorbid harus dalam kondisi terkontrol agar tak menimbulkan efek samping yang tak diharapkan.

"Jika nanti divaksin, dari sekarang siap-siap cek komorbidnya dan dikontrol. Hampir semua penyakit bisa dikontrol. Yang tidak boleh vaksin yang tidak terkontrol atau sakit akut seperti demam baru-baru ini atau infeksi terbaru. Ditunda sampai akutnya mereda," kata dia menambahkan.

Ilustrasi kasus demam berdarah dengue (DBD)

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Menurut studi yang dimuat dalam The New England Journal of Medicine, vaksin DBD dapat mencegah infeksi demam berdarah hingga 80,2 persen.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024