Terlalu Cemas Sebelum Vaksin COVID-19, Ini Efeknya ke Tubuh

Simulasi pemberian vaksin Covid-19 (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Pakar menyebut bahwa efek samping usai diberi vaksin COVID-19 pasti selalu ada dan dirasakan. Namun, pemerintah mencatat bahwa tak ada reaksi parah yang dipicu dari vaksin tersebut sehingga aman untuk digunakan oleh masyarakat.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Merujuk pada uji klinis yang dilakukan oleh Tim Riset Uji Klinik Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran, melaporkan bahwa efek samping yang ditimbulkan dari vaksinasi COVID-19 bersifat ringan. Efeknya juga terbilang mudah diatasi seperti reaksi lokal berupa nyeri, kemerahan atau gatal-gatal.

Ketua Komnas KIPI Prof Hindra Irawan Satari, yang akrab disapa Hinky, mengungkapkan bahwa di Indonesia memiliki proporsi efek samping serius yakni 42 per 1.000.000 sedangkan non serius 5 per 10.000.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Dengan hasil pengujiannya di fase 1, fase 2 dan fase 3, (efek samping hasil uji vaksin COVID-19) kita hasilnya ringan," papar Prof Hinky, dalam konferensi pers Kemenkes, baru-baru ini.

Prof Hinky juga menyebutkan bahwa reaksi berat juga terjadi beberapa kali, seperti kolaps atau pingsan usai diimunisasi. Tetapi, Prof Hinky menegaskan bahwa itu bukan disebabkan bahan di dalam vaksin tersebut, melainkan respons tubuh seseorang yang berbeda-beda.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

"Patut diperhatikan lebih dari 64 persen ada yang disebut kelompok immunization stress related response. Jadi respons yang terkait dengan kecemasan akibat proses imunisasi, bukan kandungan imunisasinya," tambah Hinky.

Lebih lanjut, keluhan lain berupa mual dan sesak napas, bahkan pingsan hingga kejang-kejang, bukan diakibatkan oleh vaksin COVID-19 itu sendiri. Biasanya, reaksi itu sebagai dampak dari rasa cemas dan takut akibat proses imunisasi. Misal, takut akan jarum suntik hingga khawatir dengan dampak buruk vaksin tersebut.

"Ini terjadi pada dewasa, pada anak-anak jarang. Justru anak-anak mungkin cuma jerit-jerit saja abis itu dia happy," beber Hinky.

Ilustrasi kasus demam berdarah dengue (DBD)

Pemerintah Kalimantan Timur Gandeng Malaysia Buat Kendalikan Dengue

Menurut studi yang dimuat dalam The New England Journal of Medicine, vaksin DBD dapat mencegah infeksi demam berdarah hingga 80,2 persen.

img_title
VIVA.co.id
22 Desember 2024