Kenali 3 Jenis Kanker yang Rentan Intai Perempuan Milenial

Ilustrasi Pemeriksaan Kanker Serviks
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Kanker masih menjadi salah satu penyakit tidak menular yang kasusnya kian meningkat di dunia, termasuk Tanah Air. Tak hanya itu, dengan pola hidup yang semakin berubah, perempuan milenial pun memiliki beberapa jenis kanker yang rentan mengintai.

Sesuai Arahan Megawati, PDIP Dorong Riset dan Aplikasi Tanaman Herbal untuk Pengobatan Kanker

Menurut data GLOBOCAN 2020, estimasi kejadian kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus baru dan sebanyak 234.511 kematian akibat kanker. Sementara itu, para ahli dari Lembaga Riset Kanker di Inggris menemukan bahwa kebanyakan kanker payudara dan kanker rektal dideteksi sepuluh tahun setelah tumbuh. 

"Hanya 5 sampai 10 persen kanker yang diakibatkan oleh faktor genetika, sedangkan selebihnya disebabkan oleh lingkungan dan pola hidup," ujar Wakil Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Ibu Murniati Widodo AS, dalam acara Millennial Care for Cancer, beberapa waktu lalu.

Temuan Survei Voxpol: Pemilih Milenial Dominan Dukung Duet Melki-Johni di Pilgub NTT

Di sisi lain, sebuah studi yang diterbitkan dalam Lancet Public Health dari American Cancer Society selama 20 tahun terakhir menunjukkan terjadi peningkatan tajam pada kejadian kanker pada mereka yang berusia 25 sampai dengan 49 tahun, khususnya yang mengalami obesitas.

"Oleh sebab itu, merupakan suatu keharusan bagi generasi milenial untuk waspada terhadap kanker, dengan melakukan pencegahan dan deteksi dini kanker, sebab pola hidup generasi milenial saat ini dapat menentukan kondisi kesehatan mereka 10 hingga 20 tahun mendatang," tambahnya.

Tantangan Terbesar Penanganan Kanker di Indonesia, Ternyata Berasal dari Masyarakat Sendiri

Berikut tiga jenis kanker yang rentan mengintai perempuan pada generasi milenial.

Kanker Payudara

Menurut GLOBOCAN 2020, di Indonesia terdapat 65.858 kasus baru kanker payudara, dengan jumlah kematian akibat kanker payudara sebanyak 22.430 kasus. Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD, KHOM menjelaskan, kebanyakan pasien kanker datang pada stadium lanjut, padahal jika kanker dideteksi dini maka tingkat kesembuhannya akan semakin tinggi.

"Untuk itu, masyarakat, termasuk generasi milenial perlu mengetahui cara mendeteksi dini. Misalnya, untuk deteksi dini kanker payudara, bisa melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) serta tes USG atau tes mammografi, dan kanker leher rahim dengan tes papsmear. Lebih penting lagi adalah mencegah terjadinya kanker sejak usia muda dengan pola hidup sehat, tidak makan-makanan yang diolah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, dan berolah raga secara teratur," ujar Nadia.

Dr. Nadia menambahkan, ciri-ciri yang perlu diwaspadai pada payudara adalah jika terdapat benjolan pada bagian dalam  bagian dalam payudara (bisa menempel atau tidak),  tidak bergerak, keluarnya cairan dari puting payudara, hingga terjadi hal yang tidak biasa pada kulit payudara, seperti ruam, kulit payudara tertarik dan bersisik, baik pada area sekitar payudara atau pada puting.

Kanker Serviks

Data Globocan 2020 menunjukkan di Indonesia ditemukan 36.633 kasus baru kanker serviks dengan jumlah kematian sebanyak 21.003 kasus. Kanker serviks menempati peringkat kanker tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia. Dr. Nadia mengatakan, kanker serviks diakibatkan oleh virus human papilloma virus (HPV), dimana perjalanannya memakan waktu 10 hingga 20 tahun sejak terkena virus melalui tahapan-tahapan.

"Dalam kurun waktu tersebut, setiap perempuan perlu melakukan deteksi dini, jika kelainan  ditemukan pada tahap lesi prakanker, pengobatan mudah dan efektif. Dengan demikian tidak akan sampai terjadi kanker serviks, maka  ancaman kematian yang disebabkan kanker serviks dapat dicegah. Upaya pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan IVA atau PAP Smear dan atau HPV test," paparnya.

Kanker Kolorektal

Menurut data GLOBOCAN 2020, angka kejadian kanker kolorektal di Indonesia tahun 2020
mencapai 34.189 kasus. Dr. Nadia menjelaskan bahwa gaya hidup sangat mempengaruhi potensi terjadinya kanker. Mulai sekarang, tidak merokok, lakukan aktivitas fisik, berolah raga, terapkan pola makan yang sehat dengan mengurangi asupan karbohitrat, gula, maupun lemak, perbanyak sayur dan buah.

"Skrining kanker kolorektal dapat menyelamatkan jiwa melalui deteksi dini prakanker dan kanker sehingga dapat disembuhkan. Deteksi dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan feses darah samar," sambungnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya