Waspadai Diseksi Aorta, Nyeri Dada Berujung Stroke & Gagal Jantung
- Google Photo
VIVA – Diseksi aorta merupakan sobekan di lapisan dalam pembuluh darah besar yang keluar dari jantung (aorta). Penyakit ini, bisa tampil dengan presentasi klinis yang berbeda-beda.
Dokter Jantung Spesialis Intervensional Kardiologi dan Vaskular, dr. Suko Adiarto, SpJP(K) menyebut, penyakit diseksi aorta ini disebabkan karena adanya robekan di pembuluh darah aorta yaitu pembuluh darah paling besar di tubuh.
"Aorta ini akan memberikan cabang yang cukup banyak, misalnya ke otak, lengan sebelah kiri, usus, ginjal serta ke kaki kanan dan kiri," ujarnya saat Media Gathering Heartology Cardiovasular Center bertajuk Operasi Hybrid Pertama di Indonesia, yang digelar virtual, Rabu 10 Februari 2021.
"Nah, pembuluh darah yang besar ini bisa mengalami robekan dan menimbulkan keluhan yang bermacam-macam. Itulah yang menyebabkan penyakit diseksi aorta atau robekan aorta ini bisa mempunyai presentasi klinis yang berbeda-beda," sambung dia.
Lebih lanjut dokter Suko menjelaskan, jika pembuluh darah aorta menutup cabang ke otak, maka manifestasi klinisnya berupa penyakit stroke. Namun, lain lagi jika menutup usus ataupun ginjal.
"Kalau dia menutup cabang yang ke usus, maka dia akan mengalami sakit perut dan gangguan pencernaan. Sementara kalau menutup ginjal, gejalanya adalah gagal ginjal akut," paparnya.
Tidak berhenti di situ, Suko menambahkan, diseksi aorta atau robekan aorta ini juga bisa menyebabkan gagal jantung akut. Bagaimana penjelasannya?
"Di sini juga ada katup yang menyebabkan darah yang dipompa dari jantung ke aorta tidak bisa kembali. Ketika terjadi robekan, katup ini bisa bocor sehingga yang dipompakan ke aorta akan kembali ke jantung. Ini menyebabkan gagal jantung akut," kata dia.
Sedangkan untuk keluhannya, Suko mengatakan, penyakit ini sebagian besar atau sekitar 80 persen pasiennya merasakan sesak napas.
"Karena robek aortanya maka yang dikeluhkan pasien pertama kali adalah nyeri dada 80 persen, nyeri punggung, dan biasanya sifat nyerinya bersifat akut (cepat)," jelasnya.
"Kalau dengan skala 1-10, maka ketika dia mulai sakit dalam waktu beberapa detik skalanya bisa langsung 10. Yang lain bisa serangan jantung, bisa bocor, syok, robek hingga pecah, sehingga terjadi perdarahan di rongga paru bisa pingsan, stroke, dan kegagalan fungsi organ," tutur dr. Suko Adiarto.