Peneliti Ciptakan Obat Kumur Ganja Pencegah COVID-19
- Istimewa
VIVA – Penelitian baru menemukan bahwa rantai tertentu dari cannabis atau ganja berpotensi menurunkan risiko pasien meninggal karena virus corona.
Awal bulan ini, para peneliti dari University of Lethbridge di Kanada mengidentifikasi tiga strain dari tanaman cannabis sativa yang dapat meredakan badai sitokin. Kondisi ini adalah reaksi berlebih dari sistem imun tubuh yang sedang berusaha melawan infeksi dan memicu implikasi medis besar dan kematian pada pasien COVID-19.
Dalam studi terbaru, para peneliti membuat kulit 3D manusia artifisial terpapar sinar UV untuk meningkatkan peradangan, yang kemudian diobati dengan obat tersebut.
Dari tujuh yang digunakan, tiga memberikan efek besar terhadap sitokin dan jalur yang berkaitan dengan peradangan dan fibrosis.
Dr. Olga Kovalchuk, yang menjadi rekan penelitian, saat ini mencari cara paling efektif untuk menawarkan pengobatan ini.
"Ini harus dipastikan melalui uji klinis, dan bisa berpotensi melibatkan dosis minyak atau kapsul, inhaler, aplikasi lokal seperti obat kumur dan lain-lain, tapi RCTs (randomised controlled trials) harus dirancang untuk benar-benar membuktikan potensi medisnya," ujarnya dikutip laman Daily Star.
Ditanya apakah obat itu bisa menurunkan risiko meninggal karena COVID-19, Profesor Kovalchuk mengatakan, obat itu punya potensi tersebut melalui efeknya pada badai sitokin. Namun, uji klinis tetap dibutuhkan.
Dia dan Profesor Igor Kovalchuk sudah meneliti strain ganja selama hampir empat tahun. Saat ini, mereka terlibat dalam studi klinis lain dengan Good Pharmaceutical Development Company dan tengah mencari kerja sama dengan industri ganja dan pusat medis.
Saat ini mereka sedang menciptakan obatkumur yang bisa melawan COVID-19, dan hasil awal dari penelitian mereka cukup menjanjikan.
Tanaman cannabis yang terlibat dalam penelitian awal ditanam dan diekstraksi secara profesional, dan hasil penelitian tidak berarti bahwa merokok ganja atau menggunakan minyak CBD bisa melindungi dari COVID-19.
Studi ini adalah studi peer-reviewed dan dipublikasi di jurnal bio medis Aging.Â