Faktor Penyebab Kesembuhan COVID-19 Lebih Lama

Ilustrasi Virus Corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Hingga saat ini pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 di Tanah Air masih mengalami kenaikan signifikan. Tercatat hingga Rabu, 4 Februari 2021, ada 11.984 kasus, sehingga total kasus positif di Indonesia mencapai 1.111.671 kasus. 

Ini 7 Penyebab Lemak Menumpuk di Perut dan Cara Mencegahnya

Pasien yang dinyatakan positif COVID-19 umumnya memiliki jangka waktu yang berbeda untuk bisa sembuh. Ada sejumlah pasien yang dinyatakan negatif setelah 14 hari perawatan, 28 hari perawatan, bahkan hingga berbulan-bulan lamanya.

Lanta,s apa yang membuat hal tersebut terjadi? Dalam program Hidup Sehat tvOne, Spesialis Penyakit Dalam, dr. Prasna Pramita, SpPD menjelaskan bahwa insiden tersebut bisa terjadi karena beberapa faktor. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

"Banyak faktor, satu memiliki penyakit kronik sebelumnya, ditambah kurangnya istirahat, makan tidak teratur atau stres. Stres ini bisa menganggu yang buat lama penyembuhan," kata dia, Kamis 4 Februari 2021.

Prasna menjelaskan lebih lanjut, bahwa penyakit penyerta atau komorbid bisa memperlama proses penyembuhan. Maka dari itu, ketika pasien COVID-19 yang memiliki komorbid seperti diabetest atau hipertensi juga harus diatur kadar gula dan tekanan darahnya. 

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Kalau ada komorbid kita harus atur gula darah, tekanan darahnya juga harus diobati jangan COVID-19 aja. Jadi semuanya bisa lebih bisa diobati dengan baik," jelas dia. 

Selain itu, penggunaan alat pemeriksaan tes COVID-19 juga mempengaruhi hasil positif atau negatifnya seorang pasien. 

"Bener juga tergantung alat PCR berapa CT value-nya biasanya 40 ke atas negatif. Kalau hasil CT value-nya 35 ke atas dianggap virus gak menular. Berdasarkan SOP juga seseorang diperbolehkan pulang setelah dua kali tes dengan hasil negatif," jelas dia.

Ilustrasi wanita/marah/stres.

4 Trik Manajemen Stres yang Tepat, Tahun Baru Dijamin Lebih Rileks dan Damai

Menurut Asia Care Survey 2024, 56 persen responden mengidentifikasi stres dan burnout sebagai masalah kesehatan mental utama yang mereka khawatirkan.

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024