Waspada Sindrom Asherman, Masalah Menstruasi Berujung Sulit Hamil
- Pixabay
VIVA – Sindrom Asherman merupakan kondisi rahim yang jarang ditemui. Pada wanita dengan kondisi ini, jaringan parut atau adhesi terbentuk di rahim karena beberapa bentuk trauma.
Dilansir Healthline, Senin 1 Februari 2021, dalam kasus yang parah, seluruh dinding depan dan belakang rahim bisa menyatu. Sementara pada kasus yang lebih ringan, adhesi dapat muncul di area rahim yang lebih kecil.
Lalu, apa yang menjadi penyebab dan gejala sindrom Asherman ini? Berikut ulasan lengkapnya.
Penyebab
Menurut Asosiasi Asherman Internasional, sekitar 90 persen dari semua kasus sindrom Asherman terjadi setelah melakukan prosedur dilatasi dan kuretase (D dan C). Prosedur ini umumnya dilakukan setelah mengalami keguguran, ada sisa plasenta setelah melahirkan, atau menjalani proses aborsi elektif.
Jika D dan C dilakukan antara 2-4 minggu setelah persalinan untuk mempertahankan plasenta, maka ada kemungkinan 25 persen mengembangkan sindrom Asherman.
Risiko mengembangkan kondisi ini meningkatkan lebih banyak prosedur D dan C yang dimiliki seorang wanita. Kadang-kadang, perlekatan dapat terjadi sebagai akibat dari operasi panggul lainnya, seperti operasi caesar atau pengangkatan fibroid atau polip.
Gejala
Mayoritas wanita yang menderita sindrom Asherman hanya mengeluarkan sedikit atau tidak menstruasi sama sekali. Beberapa wanita yang mengalami nyeri pada saat menstruasi tetapi tidak mengalami pendarahan, juga menjadi salah satu gejalanya.
Ini bisa menandakan bahwa kamu sedang mengalami menstruasi, tetapi darah tidak dapat keluar dari rahim karena salurannya tersumbat oleh jaringan parut. Namun, menstruasi jarang, tidak teratur, atau tidak menstruasi sama sekali, bisa juga disebabkan oleh kondisi lain, seperti kehamilan, penurunan berat badan mendadak, kegemukan, olahraga berlebihan, minum pil kontrasepsi, sudah tidak haid, dan sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Untuk itu, temui dokter jika menstruasi berhenti atau menjadi sangat jarang. Dokter akan melakukan tes diagnostik untuk mengidentifikasi penyebabnya dan memulai pengobatan.
Sindrom Asherman pengaruhi kesuburan
Beberapa wanita dengan sindrom Asherman tidak dapat hamil atau mengalami keguguran berulang. Wanita dengan sindrom ini walaupun hamil, tetapi perlengkatan yang terjadi di rahim dapat menimbulkan risiko bagi perkembangan janin.
Peluang mengalami keguguran dan melahirkan bayi dalam keadaan meninggal juga lebih tinggi dibanding wanita tanpa kondisi ini. Sindrom Asherman juga meningkatkan risiko selama kehamilan, seperti plasenta previa, plasenta increta, dan pendarahan yang berlebihan.
Biasanya, dokter akan memantau kehamilan dengan cermat jika menderita sindrom ini. Sindrom Asherman dapat diobati dengan operasi. Kabar baiknya, operasi ini biasanya dapat meningkatkan peluang untuk hamil dan sukses menjalani kehamilan. Biasanya, dokter akan merekomendasikan untuk menunggu setahun penuh setelah operasi sebelum mencoba untuk hamil.