Rahasia di Balik Emosi, Aisyah Dahlan: Manusia Punya Sifat Reptil
- Pixabay
VIVA – Otak menjadi magnet paling utama di tubuh manusia. Menurut dr Aisyah Dahlan, otak pula yang mengatur emosi seseorang sehingga timbul rasa marah, benci, hingga takut.
Salah satu pengatur emosi seseorang ada pada otak yang memang menjadi inti dari tubuh manusia. Dengan adanya emosi, maka tubuh bisa bergerak sesuai pengaturannya.
"Otak emosi paling tengah para ahli mengatakan itu otak inti manusia. Magnet kita. Itu yang membuat kita bergerak kalau emosi. Contoh nih, ibu-ibu kalau marah, minimal tangan pasti mengepal, kan?" ujar Aisyah Dahlan, dalam video di Youtube.
Siapa sangka, otak manusia memiliki bentuk dan sifat yang hampir sama dengan hewan mamalia dan reptil. Meski, manusia dibentuk lebih sempurna oleh Allah SWT, namun menurut Aisyah Dahlan, sifat hewan tetap ada dan kerap terlihat dalam emosi yang timbul.
"Otak emosi sering disebut sebagai sistem limbik. Sistem limbik juga ada pada hewan mamalia lain. Namun otak manusia lekat dengan otak reptilnya yaitu batang otak yang jalan ke leher. itu punya sifat ular, seperti apa sifatnya? Serang dan kabur," bebernya.
Menurutnya, reptil seperti ular tak memiliki emosi yang kerap ada pada hewan mamalia, termasuk manusia. Ular, kata Aisyah Dahlan, tak pernah marah dan sedih karena tak memiliki area otak seperti yang dimiliki hewan mamalia.
"Manusia Allah berikan otak reptil karena ada hal-hal tertentu yang kita harus sikapi dengan sikap reptil. Misal, ada gempa, kita langsung kabur," tegasnya.
Tapi, kita tidak lantas melakukan sifat reptil terus menerus, apalagi jika itu berkaitan dengan hal negatif. Otak manusia sudah mampu mengendalikan otak reptil tersebut.
"Sambungan (otak) ke atasnya adalah otak mamalia. lebih variatif emosinya, ada sedih, takut, buru-buru, ada sombong. Bahkan bukan hanya negatif, ada semangat menerima atau bersyukur kedamaian, itu yang positif," kata Aisyah Dahlan.
Yang paling membedakan otak manusia dan hewan mamalia lainnya adalaha area otak paling depan yang ukurannya lebih lebar. Di situ, yang membuat manusia lebih mampu berpikir secara jernih dan membedakan hal negatif dan positif.
"Pengalaman ibu, pengalaman sama suami, dari panca indera masuk menjadi pengalaman dan masuk ke batang otak. Tapi untuk ke batang otak harus lewati otak reptil dulu, dan itu (sifat reptil dan mamalia) harus belajar dikendalikan sejak kecil," tutur Aisyah Dahlan.