COVID-19 Belum Reda, Peneliti Khawatir Virus Nipah Picu Pandemi Baru

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Sementara dunia fokus pada COVID-19, para ilmuwan bekerja keras untuk memastikan virus baru tidak menyebabkan pandemi berikutnya. Ya, virus nipah dikhawatirkan dapat menjadi pandemi dengan tingkat kematian 75 persen dan belum ditemukan vaksinnya.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Saat virus corona muncul, pemerintah Thailand meminta ahli pemburu virus, Wacharapluesadee, untuk mencegah penularannya. Dia menjalankan Pusat Ilmu Kesehatan Penyakit Menular Palang Merah Thailand di Bangkok.

Dia dan timnya telah mengambil sampel banyak spesies. Tetapi fokus utama mereka adalah pada kelelawar, yang diketahui menyimpan banyak virus corona. Tetapi bahkan ketika dunia bergulat dengan COVID-19, Wacharapluesadee sudah melihat ke pandemi berikutnya. Adalah virus Nipah. Buah kelelawar adalah inang alaminya.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

"Ini menjadi perhatian utama karena tidak ada pengobatan dan tingkat kematian yang tinggi disebabkan oleh virus ini. Angka kematian di Nipah berkisar antara 40 persen hingga 75 persen, tergantung di mana wabah itu terjadi," tuturnya, dikutip dari BBC, Rabu, 27 Januari 2021.

Senada, setiap tahun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meninjau daftar besar patogen yang dapat menyebabkan keadaan darurat kesehatan masyarakat. Virus Nipah ada di daftar 10 besar mereka.

Kedekatan Trump dan Putin Bocor, Sering Teleponan hingga Kirim Alat Tes COVID-19

Ada beberapa alasan mengapa virus Nipah begitu menyeramkan. Masa inkubasi penyakit yang lama yakni dilaporkan selama 45 hari, dalam satu kasus. Berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, bahkan tidak sadar mereka sakit, untuk menyebarkannya.

Ini dapat menginfeksi berbagai macam hewan, membuat kemungkinan penyebarannya lebih mungkin. Dan itu bisa tertular baik melalui kontak langsung atau dengan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Seseorang dengan virus Nipah mungkin mengalami gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, sakit dan kelelahan dan ensefalitis, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang dan kematian.

Perusakan habitat kelelawar telah menyebabkan infeksi Nipah di masa lalu. Pada tahun 1998, wabah virus Nipah di Malaysia menewaskan lebih dari 100 orang. Dengan kata lain, semakin banyak populasi manusia dan menurunkan habitat kelelawar, akan sangat mungkin kontak dengan inang virus Nipah tersebut.

Virus Corona atau Covid-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Indonesia once faced the challenges of the Covid-19 pandemic. As part of an effort to provide early prevention it, can be done by an app.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024