BPA pada Kemasan Makanan Tergolong Aman?
- http://penghuni60sains.blogspot.com/
VIVA – Food Drug Administration (FDA) atau semacam BPOM, yang merupakan lembaga yang mengawasi peredaran obat-obatan, makanan, suplemen dan produk kedokteran maupun kosmetik di Amerika Serikat menyatakan bahwa bisphenol A (BPA) pada kemasan dan minuman berada pada tingkat yang aman, karena dosisnya sangat rendah.
Dikutip dari Facts About BPA, para ilmuwan FDA baru-baru ini mempublikasikan hasil penelitian terbesar dan paling signifikan yang pernah dilakukan pada BPA yang disebut Studi Inti CLARITY. Hasil penelitian itu menunjukkan, paparan dosis rendah terhadap BPA tidak mengakibatkan perkembangan efek kesehatan yang merugikan.
"Kami mengetahui dari penelitian tambahan, bahkan bayi prematur pun memiliki kapasitas dan kemampuan yang cukup untuk memetabolisme dan menghilangkan BPA itu. Ini menunjukkan bahwa paparan tingkat rendah tidak mungkin menyebabkan efek kesehatan,” demikian hasil penelitian FDA.
Badan-badan kesehatan terkemuka dari negara-negara lain juga menyampaikan hal serupa, seperti Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa, Standar Makanan Australia Selandia Baru (FSANZ), termasuk BPOM Indonesia. Disampaikan, paparan terhadap BPA dalam kadar yang sudah ditetapkan tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi orang-orang dari segala usia kelompok, termasuk anak yang belum lahir, bayi, dan wanita hamil.
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) yang melakukan tinjauan komprehensif terhadap BPA ini menyatakan, tidak mungkin menyimpulkan bahwa BPA adalah pengganggu endokrin berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
Disebutkan, meski BPA sendiri adalah estrogenik lemah yang memiliki beberapa sifat yang mirip dengan hormon estrogen, penelitian ekstensif menunjukkan bahwa jejak tingkat BPA dalam makanan terlalu rendah untuk menyebabkan efek estrogenik.
Sementara sempat berhembus kabar di masyarakat yang mengatakan, BPA dapat berdampak negatif terhadap kesehatan dengan berinteraksi dengan sistem endokrin tubuh (sebagai pengganggu endokrin). Hasil penelitian juga telah menyimpulkan bahwa BPA dalam kadar yang sangat rendah tidak berisiko karsinogenik bagi manusia.
Food Standards Australia & Selandia Baru juga menyatakan, BPA tidak menyebabkan kanker. Penilaian risiko Uni Eropa yang secara komprehensif meninjau semua bukti ilmiah yang relevan juga menyimpulkan bahwa BPA tidak memiliki potensi karsinogenik yang signifikan.
Selain itu, The Susan G. Komen Foundation, salah satu kelompok advokasi kanker payudara terkemuka, melaporkan pada 2014 lalu bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara BPA dan risiko kanker payudara.
Dalam penelitian ekstensif tentang penyebab utama kanker yang dilakukan American Cancer Society disebutkan bahwa faktor risiko utama kanker payudara ini berasal dari riwayat keluarga, faktor genetik, dan faktor gaya hidup seperti obesitas dan pola makan.
Paparan BPA pada makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu hamil yang katanya dapat berdampak negatif bagi kesehatan bayi atau ibunya juga dianggap tidak benar.
Badan kesehatan terkemuka dari seluruh dunia seperti FDA, Health Canada, EFSA, FSANZ, menyampaikan paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan bagi orang-orang dari semua kelompok usia, termasuk anak yang belum lahir, bayi dan wanita hamil. BPOM Indonesia juga telah menerbitkan syarat migrasi kemasan, termasuk yang ada paparan BPA-nya dan itu sudah didasarkan kepada uji laboratorium.
Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru BPOM, Ema Setyawati, mengatakan semua jenis migrasi tentu bahaya. Karenanya, menurut Ema, ada batas maksimalnya.
"Bukan hanya BPA yang bahaya tapi juga bahan yang dikatakan bebas BPA juga ada bahayanya," ujarnya lewat rilis yang diterima VIVA, Senin 18 Januari 2021.
Ema mencontohkan, Acetaldehyde yang ada dalam kemasan berbahan PET (Poly Ethylene Terephtalat) juga bahaya kalau migrasinya melewati batas maksimal.
"Jadi, tidak ada dasar ilmiah untuk mengatakan bahwa produk bebas BPA lebih aman dari produk dengan BPA. Karenanya, klaim 'bebas/free' BPA untuk menunjukkan bahwa produk itu aman sangat menyesatkan. Federal Trade Commission bahkan sudah mengingatkan secara khusus bahwa klaim 'bebas' itu dapat menipu konsumen," kata Ema Setyawati.