Kolom Prof Tjandra Yoga:  Perbedaan Vaksin Sinovac di Turki dan Brasil

Prof Tjandra Yoga Aditama
Sumber :
  • Dokumentasi Prof Tjandra

VIVA – Saat ini kita sedang menunggu kemungkinan penetapan Emergency Use of Authorization (EUA) vaksin COVID-19 merek Sinovac oleh BPOM. Tentu akan dilakukan kajian yang mendalam sesuai dengan kaidah ilmiah dan internasional yang ada terhadap seluruh data hasil uji klinik, termasuk yang dilakukan di Bandung.

Detik-detik Ledakan di Gedung MA Brasil, Tersangka Tewas di Parkiran

Sementara itu hari-hari ini beredar informasi tentang efikasi vaksin Sinovac ini berdasarkan hasil uji klinik di Turki dan Brasil. Akhir Desember 2020 kita membaca di media bahwa Turki mengumumkan efikasi vaksin Sinovac adalah 91,25%. Di pihak lain, di awal Januari 2021 kita membaca pula bahwa Brasil melaporkan efikasi vaksin Sinovac adalah 78%.

Orang pun kemudian jadi bertanya, kenapa angkanya berbeda, bagaimana cara penghitungannya?

Dua Ledakan di Luar Gedung Mahkamah Agung Brasil Diduga Bom Bunuh Diri

Untuk menjawab pertanyaan itu maka kita harus lihat data hasil uji klinik di kedua negara itu. Harus diakui bahwa sampai sekarang hasil uji klinik itu belum dipublikasikan di jurnal kedokteran internasional, sehingga data yang akan disampaikan di sini adalah berdasar kantor berita internasional yang ada, dan akan dibahas satu per satu.

Sebelum itu perlu disampaikan kembali bahwa cara menghitung nilai efikasi adalah dengan menghitung risiko terjadinya COVID-19 pada kelompok relawan penelitian yang mendapat vaksin dibandingkan dengan yang mendapat plasebo, dan lalu dihitung risiko relatif (RR, relative risk) nya. 

Ledakan Guncang Gedung Mahkamah Agung Brasil Jelang KTT G20, Satu Tewas

Data dari Kantor Berita Reuters 25 Desember 2020 menyatakan bahwa uji klinik Sinovac di Turki bermula pada September 2020 dan melibatkan lebih dari 7.000 relawan, tapi yang dilaporkan baru dari 1322 orang yang tentu dibagi dalam kelompok yang dapat vaksin dan dapat plasebo.

Peneliti dari Turki menyampaikan bahwa dari sampel mereka ada 29 orang yang kemudian tertular sakit COVID-19, 26 di antaranya plasebo dan dari yang mendapat suntikan vaksin hanya 3 orang yang tertular.

Dengan angka ini penelitinya menyatakan efikasi vaksin Sinovac di Turki adalah 91,25%. Di sisi lain, penelitinya juga menyampaikan bahwa penelitian masih berlanjut sampai ada 40 orang yang tertular COVID-19 dan mereka akan mendapat angka yang baru.

Sementara itu data tentang efikasi vaksin Sinovac hasil uji klinik di Brasil dapat di baca dari kantor berita Bloomberg.com pada 7 Januari 2021. Disebutkan bahwa penelitian di Brasil melibatkan sekitar 13.000 relawan.  

Dalam perjalanan ditemukan 220 orang yang tertular COVID-19. Dari kelompok yang dapat plasebo ada 160 yang tertular COVID-19 sementara dari yang mendapat suntikan vaksin ada 60 yang tertular penyakit. Dari perhitungan mereka didapatkan efikasi vaksin Sinovac nya 78%.

Sekali lagi kita memang belum mendapat data lengkap dari laporan di Brasil dan Turki ini. Tetapi setidaknya dari informasi kantor berita di atas kita dapat melihat dua perbedaan penting. Pertama, jumlah subjek penelitian di Turki yang sudah dilaporkan adalah 1.322 orang sementara di Brasil sekitar 13.000 orang, jauh lebih besar.

Analisa peghitungan efikasi di Turki hanya berdasar 29 orang yang tertular COVID-19, sementara di Brasil dasar perhitungannya adalah dari 220 orang yang tertular, juga jauh lebih besar. Bahkan pihak Turki juga menyatakan masih akan meneruskan penelitian sampai didapat 40 orang yang tertular, sehingga diharapkan angkanya lebih sesuai lagi. Perbedaan-perbedaan ini sedikit banyak dapat menerangkan kenapa keluar angka efikasi yang berbeda. 

ebagai perbandingan saja, uji klinik vaksin BNT162b2 buatan Pfizer dan BioNTech melibatkan 43.448 orang relawan, dan perhitungan efikasinya berdasar pada 170 orang yang tertular COVID-19, dimana 8 kasus COVID-19 pada mereka yang dapat suntikan vaksin dan 162 kasus COVID-19 pada yang dapat suntikan plasebo. D

engan sampel yang lebih besar ini maka vaksin BNT162b2 buatan Pfizer dan BioNTech secara jelas menyebutkan efikasinya 95%. Contoh lain adalah vaksin Moderna mRNA-1273 yang menghitung efikasinya berdasar 11 kasus COVID-19 di kelompok yang dapat vaksin dan 185 kasus COVID-19 di kelompok plasebo, juga data yang cukup besar untuk mengambil kesimpulan bahwa efikasinya adalah 94,1%. 

Kita akan menunggu juga angka dan laporan yang lebih lengkap dari uji klinik Sinovac di Turki dan Brazil sehingga kesimpulan angka efikasi dapat dinilai dengan lebih baik lagi.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Guru Besar Paru FKUI. Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Jumlah COVID-19 saat ini masih tinggi, patuhi selalu protokol kesehatan dan lakukan selalu 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan, Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#cucitangan
#pakaimasker
#jagajarak
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya