Peserta Uji Vaksin Pfizer Alami Bell's Palsy Bikin Resah

Ilustrasi vaksin.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

VIVA – Uji vaksin COVID-19 di berbagai negara mulai dilakukan. Namun, di Amerika Serikat, uji vaksin ini mengalami kendala. Dikutip laman NBC Boston, sejumlah penerima vaksin COVID-19 Pfizer ditemukan mengalami Bell's Palsy. 

Mengenai hal ini, pemerintah federal AS akan terus memantau terjadinya Bell's palsy atau kelumpuhan parsial di wajah di antara orang-orang yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer.

Meski kabar ini meresahkan publik, Dr. Sara Oliver, seorang petugas di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit setempat mengatakan pada hari Jumat bahwa hal tersebut tidak ada hubungan penyebab yang diketahui atau diharapkan antara vaksin dan Bell's palsy.

Pemerintah federal AS akan terus memantau kemunculan Bell's palsy - kelumpuhan parsial di wajah di antara orang-orang yang menerima vaksin COVID-19 Pfizer setelah empat kasus dilaporkan di antara peserta uji coba, meskipun vaksin tersebut tampaknya tidak menyebabkan kondisi tersebut.

Dr. Sara Oliver, seorang petugas di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, mengatakan dalam Advisory Committee on Immunization Practices  (ACIP) pada hari Jumat bahwa, "Tidak ada hubungan sebab akibat yang diketahui atau diharapkan antara vaksin dan Bell's palsy." 

ACIP mengembangkan rekomendasi tentang bagaimana menggunakan vaksin untuk mengendalikan penyakit di Amerika Serikat, menurut CDC.

"Studi keamanan dan efektivitas pasca otorisasi akan menjadi penting juga. Secara khusus, pengawasan terhadap Bell's palsy dapat membantu menentukan kemungkinan hubungan sebab akibat," kata Oliver.

Dr. Nancy Messonnier, direktur Pusat Nasional untuk Imunisasi dan Penyakit Pernafasan CDC, mengatakan dalam pertemuan Food and Drug Administration Kamis lalu bahwa Pejabat AS berencana untuk terus mengawasi reaksi merugikan apa pun terhadap vaksin Pfizer pada petugas kesehatan dan penghuni panti jompo yang menerimanya.

mRNA: Vaksin Masa Depan dan Kunci Ketahanan Nasional?

Pejabat akan menggunakan sistem pesan teks, yang disebut v-safe, yang dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang kemungkinan reaksi merugikan dari vaksin.

Seperti diketahui Bell's palsy seperti dikutip dari Mayo Clinic adalah pembekuan atau kelemahan tiba-tiba pada otot wajah seseorang, dan bagi kebanyakan orang itu bersifat sementara. 

Angka COVID-19 Naik Jelang Nataru, PAPDI Rekomendasikan Ada Vaksin Booster Lanjutan

Seorang anggota kelompok pada panggilan ACIP hari Jumat mengkonfirmasi bahwa ada empat kasus "kelumpuhan wajah" di antara mereka yang menerima vaksin. Salah satu peserta mengalami kelumpuhan tiga hari setelah pemberian dosis. Sementara penerima uji coba vaksin lainnya mengalami kelumpuhan paling lambat 48 hari setelah inokulasi.

"Empat kasus Bell's palsy di antara penerima vaksin dianggap konsisten dengan tingkat latar belakang yang diharapkan dalam populasi umum dan tidak ada dasar yang jelas untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat saat ini," kata FDA dalam penjelasannya. 

Vaksin COVID-19 Berbayar Setelah 31 Desember 2023

Selama pertemuan pada hari Kamis, peninjau vaksin FDA Dr. Susan Wollersheim mencatat data uji coba menunjukkan ketidakseimbangan numerik dalam kasus Bell's palsy.

Presiden Jokowi dicek kesehatan sebelum divaksinasi booster COVID-19 tahap dua

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Lantas bagaimana jejak perjalanan mewabahnya virus mematikan Sars-CoV-2 tersebut, hingga langsung memunculkan situasi pandemi yang mencekam di Tanah Air?

img_title
VIVA.co.id
2 Oktober 2024