Hasil Tes Swab COVID-19 Anies Baswedan Berbeda, Apa Sebabnya?

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Kasus virus corona atau COVID-19 di Indonesia saat ini masih kian meningkat, terlebih mulai menjangkiti pejabat publik, seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Padahal, diakui Anies, beberapa hari sebelumnya, ia telah melakukan swab test antigen yang hasilnya negatif.

Survei Elektabilitas Berada di Puncak, Jubir Pramono-Rano Efek Ahokers dan Anak Abah Bersatu: Insya Allah Satu Putaran

Namun, akhirnya ia dinyatakan positif dari tes lainnya. Apa yang menyebabkan perbedaan hasil tersebut?

Baca Juga: CDC Pangkas Durasi Karantina COVID-19 Jadi 7-10 Hari

Ahok Ungkap Alasan Anies Absen Kampanye Akbar Pramono-Rano

Selama hampir satu tahun ini, pandemi COVID-19 ini masih menuai pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai keakuratan alat-alat pemeriksaan deteksi virus SARS COV-2 ini. Hal ini disebabkan terlalu banyak jenis bahkan brand alat-alat pemeriksaan yang beredar di pasaran.

Terdapat dua jenis pemeriksaan untuk deteksi COVID-19 di Indonesia. Yang pertama, yaitu dengan metode rapid (tes cepat), dan yang kedua yaitu dengan prinsip tes deteksi materi genetic virus (PCR/Polymerase Chain Reaction), atau alat tes material genetik lain yang telah beredar.

Anies Absen Kampanye Akbar Pramono-Rano, Ahok, Foke dan Ketum JakMania Hadir

Prinsip-prinsip tes laboratorium tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Menurut dr. Muhammad Irhamsyah, Sp.PK, M.Kes, Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, terdapat dua metode rapid test yaitu tes rapid antibodi dengan menggunakan sampel darah atau serum dan tes rapid antigen dengan menggunakan sampel swab.

Tes rapid memiliki keunggulan hasil cepat (dalam hitungan menit), mudah dilakukan dan murah. Namun, kelemahannya adalah keakuratan hasil yang terkadang masih menjadi pertanyaan untuk masyarakat.

Keakuratan suatu tes sangat dipengaruhi oleh faktor seberapa sensitif dan seberapa spesifik suatu alat untuk mendeteksi suatu penyakit.

Tes PCR saat ini adalah real time PCR, yaitu deteksi material genetik SARS-COV2 melalui pengambilan swab pada nasofaring dan orofaring. Prinsip pemeriksaan alat PCR ini adalah mendeteksi materi genetik virus (RNA) secara berulang-ulang, sehingga memakan waktu proses hitungan jam dan hasilnya bisa kita lihat secara real time.

“Secara singkat, tes PCR atau tes materi genetik lain adalah suatu metode deteksi penyakit COVID-19 yang paling akurat dan diandalkan saat ini karena prinsip deteksinya menggunakan teknologi yang canggih,” ujar dr. Muhammad dalam rilis yang diterima VIVA, Kamis, 3 Desember 2020.

Walaupun tingkat keakuratannya PCR Tes adalah 100 persen, namun perlu diperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil akurasi pemeriksaan test PCR, seperti faktor jenis sampel, ketepatan teknik pengambilan sampel, penanganan atau penyimpanan sampel, transport sampel ke laboratorium, sumber daya manusia yang melakukan analisis, prinsip tes alat deteksi, quality control alat, serta standar prosedur operasional yang sesuai dan tepat.

Yang menjadi masalah dan perlu masyarakat ketahui adalah waktu pengambilan sampel swab yang berbeda akan menyebabkan hasil pemeriksaan yang berbeda.

Sebagai contoh, seseorang yang melakukan PCR di Primaya Hospital positif, namun keesokan harinya melakukan swab di rumah sakit lain dan hasilnya negatif. Hal tersebut bisa saja terjadi karena SARS COV-2 sudah tidak ada lagi di dalam tubuh orang tersebut.

“Proses pengambilan, penanganan, penyimpanan, transportasi dan analisa sampel swab yang tidak tepat akan menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak akurat,” sambungnya.

Untuk itu, penanganan seseorang yang terinfeksi COVID-19 tidak bisa mengandalkan hanya dari pemeriksaan PCR saja. Khususnya, apabila seseorang yang positif COVID-19, namun tidak merasakan gejala apa pun.

Oleh karena itu, diperlukan konsultasi ke dokter untuk mengetahui lebih lanjut kesehatan Anda dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan oleh dokter agar dapat dilakukan penanganan pasien COVID-19 yang lebih tepat dan terarah.

Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya