IDI Ungkap Pemicu Hasil Tes COVID-19 Bisa Berbeda

Virus corona
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M Faqih menyebut bahwa cara swab tes (tes usap) yang salah memicu hasil laboratorium COVID-19 bisa berbeda-beda. Ia mengakui, dunia medis pasti memiliki kesalahan dan tak 100 persen sempurna.

Bahaya BPA Ditegaskan Bukan soal Bisnis, Tapi Ancam Kesehatan Konsumen

"Kadang hasil lab ada yang positif dan negatif (COVID-19). Dunia medis bukan seperti Tuhan kerjakan, 100 persen benar. Ada beberapa kelemahan," ungkap Daeng dalam acara virtual bersama Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Senin 30 November 2020.

Diakui Daeng, tes PCR-Swab akan menunjukkan hasil positif jika terbukti ada virus yang terdeteksi. Namun, salah satu kelemahan alat tersebut yakni saat virus yang menginfeksi tubuh, berkembang di bagian saluran nafas yang cenderung di bawah, seperti di belakang leher.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Tehnik pengambilan yang betul, menurut Daeng, yang dilakukan ke saluran nafas paling dalam.

Alat swab dengan kapas saat ini, lanjut Daeng, terbatas seputar belakang hidung saja. Sehingga, virus yang sebenarnya telah menginfeksi dan berkembang di saluran nafas bawah, akhirnya tak terdeteksi dan memberi hasil negatif.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"Karena tehnik pengambilan berbeda makanya ada (hasil) false negatif. Yang paling betul itu (swab) ke dalam sekali, tapi itu tidak mungkin pada manusia hidup, itu melalui proses autopsi. (Maka) ada kecenderungan cara pengambilan ini pengaruhi (hasil) positif-negatif," papar Daeng.

Lebih dalam, tes dengan swab dan PCR kemudian dianggap sebagai pemeriksaan penunjang. Serangkaian pemeriksaan laboratorium lain, seperti cek darah dan rontgen, perlu dilakukan agar memberikan hasil diagnosis yang tepat.

"Sehingga semua penyakit diagnosisnya itu tidak hanya berpegang hasil lab. Makanya hasil lab termasuk PCR hanya sebagai pemeriksaan penunjang," jelas Daeng.

"meski hasil PCR belum ada, bisa dari pemeriksaan lain. Bisa dibedakan ini mengarah ke COVID-19 atau penyakit paru lain. Yang dikerjakan bukan hanya PCR, Rontgen, tapi banyak pemeriksaan lain," sambungnya.

Ilustrasi dokter/rumah sakit.

IDI Tegaskan Dokter Tak Boleh Jadi Influencer Sampai Promosikan Produk Kesehatan

Dokter-dokter tersebut membuat konten kreatif hingga akhirnya mempromosikan produk kesehatan maupun kecantikan lewat akun pribadinya.

img_title
VIVA.co.id
18 November 2024