Hati-hati, Sering Main Medsos Bisa Jadi Tanda Gangguan Jiwa
- Pixabay
VIVA – Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Hal ini juga berlaku dalam hal bermain media sosial. Bahkan dampaknya tidak main-main. Bukan hanya jadi pemicu tidak produktif, ternyata sering bermain media sosial juga bisa menjadi pertanda gangguan kejiwaan.
Hal ini turut diungkapkan oleh Spesialis kejiwaan, dr Iman Firmansyah, SpKJ. Menurut dia, terlalu menomorsatukan media sosial, bisa jadi pertanda gangguan kejiwaan. Apa alasannya?
"Karena kalau sosial media ini terlalu dinomorsatukan, akhirnya dia mengganggu sosial, pekerjaan, keluarga. Apalagi jika sampai mengakibatkan depresi dan lain-lain, itu akan mengakibatkan gangguan jiwa yang nyata," ujarnya dalam tayangan Hidup Sehat di tvOne, Senin 30 November 2020.
Dokter Iman menjelaskan, sosial media bisa menimbulkan dua dampak negatif, yaitu gangguan kejiwaan dan kecanduan.
"Media sosial pun bisa membuat kita kecanduan. Karena ada membuat rasa enak, rasa nyaman di otak yang membuat dia ingin mengulang lagi. Karena berharap nyaman itu didapat oleh dia. Dan itulah yang terjadi saat ini," tutur dia.
Sedangkan untuk ciri yang mengarah pada gangguan kejiwaan, menurut Iman, kebiasaan tersebut membuat dia sampai depresi hingga membuatnya tidak bisa beraktivitas normal.
"Dia depresi sampai tidak dapat beraktivitas, mengganggu pekerjaan, mengganggu kehidupan sosial, keluarga, sekolah. Itu sudah mengalami gangguan kejiwaan, baik ringan, sedang, maupun berat," kata dia.
Yang dikhawatirkan adalah, umumnya seseorang yang menderita gangguan kejiwaan tidak menyadari bahwa dirinya sakit.
"Dia akan menganggap orang yang di sekitarnya yang sakit. Jadi, yang perlu adalah bantuan dari teman-teman yang lain," tuturnya.
Namun, Iman mengatakan, media sosial tak melulu berdampak negatif, tergantung bagaimana cara kita menyikapi dan menggunakannya.
"Media sosial itu tidak selalu negatif, pasti ada positifnya juga. Sekarang, bagaimana kita untuk menangani media sosial ini. Jadi, kita cari hal yang positif. Masih banyak di media sosial yang positif," kata dr Iman Firmansyah.