Waspadai Gejala Tak Umum COVID-19, Dari Kelelahan Hingga Diare

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Demam, batuk, dan sesak napas menjadi tiga gejala yang umum ditemukan pada pasien COVID-19. Tidak hanya itu, sejumlah gejala tidak umum seperti  kelelahan, masalah pencernaan, dan kelemahan juga dapat menjadi indikator awal infeksi aktif COVID-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Namun dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine, virus mungkin mulai memengaruhi organ vital Anda dengan segera dan menimbulkan tanda-tanda kekhawatiran. Para peneliti dari New York membandingkan dan menganalisis 12.000 orang yang masuk ruang gawat darurat selama puncak COVID, demikian laporan yang dikutip dari laman Times of India.

Teramati bahwa hampir 57,5 persen orang mengeluh lemas, mengalami jatuh, atau penurunan mental ditemukan pada pasien positif COVID-19. Diagnosis serupa diamati pada orang yang berada di ruang gawat darurat dengan keluhan kadar gula darah yang tidak terkontrol, dan masalah gastrointestinal.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Evaluasi lebih lanjut dari studi tersebut juga membuat catatan yang lebih menarik dan mengkhawatirkan. Dari mereka yang ditemukan COVID-19 positif, pasien yang berusia di atas 65 tahun lebih berisiko mengalami gejala atipikal ini, seperti kelelahan, kelemahan, dan masalah gastrointestinal seperti diare.

Pasien dengan gejala atipikal seperti penurunan kondisi mental, mereka yang memiliki masalah kognisi, dan kadar gula darah yang lebih tinggi dari biasanya menghadapi risiko keparahan dan kematian COVID-19 yang lebih tinggi.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Pengakuan keadaan mental yang goyah sebagai gejala awal COVID atipikal menindaklanjuti penelitian baru-baru ini, yang menunjukkan bahwa delirium, disertai demam ringan dapat menjadi tanda peradangan tinggi dan bentuk COVID yang parah.

Diabetes

Di sisi lain, pasien diabetes menjadi penyakit penyerta terbesar yang terkait dengan COVID-19 saat ini. Dimana orang dengan kadar gula darah tinggi atau tidak terkelola memiliki aliran darah yang kurang dari normal, yang menyulitkan tubuh untuk memanfaatkan nutrisi, pertahanan alami yang dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari beberapa infeksi dan mempercepat penyembuhan. 

Orang dengan diabetes sendiri memiliki risiko infeksi meningkat. Selain itu juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti kelelahan, kelemahan, kelesuan dan pingsan. Oleh karena itu, setiap flare-up atau perbedaan yang tidak biasa dalam kadar gula darah perlu segera diperhatikan.

Dalam kasus COVID-19, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol juga dapat meningkatkan keparahan infeksi. Para dokter juga menyoroti bahwa selain tindakan pencegahan umum, pasien diabetes juga harus lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan kulit, menjaga jarak untuk meminimalkan risiko infeksi dan mengelola kesehatan dengan lebih baik.

Masih ada cara lain virus corona baru terbukti sulit bagi pasien diabetes. Seperti yang disaksikan oleh para dokter, kadar gula darah tampaknya meningkat pada pasien COVID yang kemudian berhasil sembuh.

Para ahli sekarang memperingatkan bahwa beberapa obat yang digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 dengan cara yang digunakan kembali dapat memicu komplikasi lain dalam tubuh, mulai dari lonjakan kadar glukosa, yang menyebabkan peningkatan infeksi jamur dan masalah ginjal.

Masalah pencernaan

Meskipun tanda-tanda infeksi saluran cerna, yang disertai dengan tanda-tanda COVID-19 yang khas adalah penanda COVID yang parah, dalam banyak kasus, tanda-tanda COVID-19 hanya dapat muncul di usus dan menyebabkan gangguan perut.

Tanda-tanda ini bisa muncul seperti mual, kehilangan nafsu makan, kelelahan, kram perut, diare, dan gejala lambung lainnya. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menyebabkan masalah yang lebih parah, seperti penyakit kuning dan pankreatitis, yang merupakan salah satu bentuk peradangan. Namun, meski belum ada bukti konklusif yang nyata tentang mengapa hal ini terjadi, para ilmuwan menyarankan bahwa hubungan usus dengan sistem kekebalan mungkin berperan.

Usus sendiri memiliki tempat khusus dalam melawan infeksi dalam sistem. Mikrobioma usus memiliki banyak aksi pertahanan, yang melawan virus, jamur, bakteri dan juga membantu respon imun aktif. Oleh karena itu, setiap gangguan pada mikrobioma usus dapat berdampak pada kesehatan Anda.

Saat ini, kasus COVID-19 masih tinggi. Untuk itu, patuhi selalu protokol kesehatan dan jangan lupa lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan hingga Mencuci Tangan pakai sabun.

#satgascovid19
#cucitanganpakaisabun
#pakaimasker
#jagajarak
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya