Vaksin COVID-19 Pfizer Diklaim Efektif 90 Persen Tapi Belum Final

Ilustrasi vaksin COVID-19
Sumber :
  • Pixabay/Elchinator

VIVA – Calon vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh produsen obat Pfizer bersama dengan BioNTech dari Jerman menunjukkan efektivitas lebih dari 90 persen. Klaim itu didapatkan dari 43.000 relawan yang mendapat dua dosis vaksin atau plasebo. 

Tingkat kemanjuran vaksin Pfizer itu dapat dilihat pada tujuh hari setelah diberikan dosis kedua. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan dicapai 28 hari setelah seseorang divaksinasi.

Dengan temuan itu, membuat harapan akan berakhirnya pandemi ini semakin besar. Meskipun ada alasan pasti untuk optimis, para ahli telah memperingatkan bahwa data dari uji coba yang dilakukan oleh Pfizer dan BioNTech belum final, dan masih banyak yang belum diketahui.

Baca juga: Vaksin Pfizer dan BioNTech Diklaim Sangat Efektif Hadapi COVID-19

Setidaknya ada enam pertanyaan mengenai vaksin Pfizer dan BioNTech dari Jerman tersebut. Berikut ini pertanyaan kunci mengenai vaksin tersebut seperti dilansir dari laman The Guardian.

1. Seberapa amankah vaksin tersebut?

Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan bahwa tidak ada “masalah keamanan serius” yang muncul sejauh ini, tetapi mereka akan terus mengumpulkan data.

Ada beberapa efek samping seperti sakit lengan atau demam yang cukup umum terjadi dengan vaksinasi, kata profesor kedokteran di University of East Anglia, Paul Hunter.

"Mengingat ini adalah jenis vaksin baru yang menggunakan teknologi yang disebut mRNA yang hingga kini belum disetujui untuk digunakan pada manusia, bukan tidak mungkin seseorang bisa alergi terhadap salah satu komponennya," katanya.

2. Bisakah vaksin mencegah penyakit parah?

KPK Tahan Tiga Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan APD di Kemenkes, Satu Orang Tidak Hadir

Studi ini dirancang untuk mendeteksi apakah vaksin dapat melindungi dari penyakit COVID-19 yang parah, kata Pfizer, tetapi datanya belum dipublikasikan.

“Apa yang dapat kami katakan adalah bahwa vaksin menghentikan infeksi gejala klinik, tetapi ada ketidakpastian mengenai infeksi tanpa gejala. Tapi mudah-mudahan kita akan mempelajarinya saat kita maju," kata Hunter.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Di sisi lain, menurut Profesor di University of Reading, Dr. Alexander Edwards mengungkapkan jika seseorang tidak terinfeksi maka dia tidak bisa terkena penyakit yang parah.

Photo :
  • Pixabay/viarami
Cara Mengelola Keuangan Setelah Kuliah: 7 Langkah Jitu Menuju Stabilitas Finansial!

3. Apakah vaksin mencegah penularan?

Belum jelas apakah vaksin tersebut dapat melindungi dari infeksi virus corona atau hanya dari gejala yang berkembang begitu seseorang terinfeksi.

Hunter menjelaskan, jika vaksin itu menghentikan infeksi maka, menurut definisi, vaksin harus menghentikan penularan dari satu orang ke orang lain.

“Jika Anda tidak terkena infeksi karena Anda telah diimunisasi, Anda tidak akan menulari saya. Namun, jika yang Anda alami adalah infeksi tanpa gejala, masih ada potensi risiko Anda dapat menulari saya, meskipun hampir pasti jauh lebih rendah daripada jika Anda benar-benar sakit secara klinis," jelas Hunter.

4. Apakah vaksin berpengaruh pada orang tua dan anak-anak?

Anak-anak di atas usia 12 tahun dan orang dewasa berusia hingga 85 tahun diikutsertakan dalam uji coba, tetapi data yang diuraikan berdasarkan usia belum dirilis, kata Profesor dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, Prof. Beate Kampmann.

Di sisi lain, Hunter menjelaskan bahwa kebanyakan vaksin tidak bekerja dengan baik pada orang tua, seperti pada orang yang lebih muda. Ini tidak mengherankan karena orang lanjut usia tidak selalu meningkatkan respons kekebalan yang efektif terhadap infeksi alami.

“Jadi, tidak mengherankan jika orang tua tidak menanggapi vaksin ini seefektif orang yang lebih muda, tetapi itu adalah sesuatu yang perlu kami lihat datanya,” kata dia.

5. Mengapa dari 43.000 relawan, vaksin itu tidak bekerja pada 10 persen relawan tersebut?

Dr. Stephen Griffin dari University of Leeds, menjelaskan bahwa sulit untuk mengatakan mengapa vaksin tidak berhasil pada pasien tanpa mengetahui siapa mereka.

“Vaksin akan bekerja pada orang yang berbeda secara berbeda. Jadi Anda sering mendapatkan tingkat respons yang berbeda dalam populasi, bisa jadi mereka semua lebih tua, atau bisa jadi mereka berasal dari latar belakang ras yang berbeda, atau bisa jadi hal ini hanya berhasil sembilan kali dari 10," kata Griffin.

Baca juga: Vaksin Pfizer untuk COVID-19 Diklaim Manjur 90 Persen

“Sampai Anda benar-benar mempelajari seluk beluk data, sulit untuk memahami dengan pasti mengapa beberapa orang merespons dan mengapa beberapa tidak," lanjut dia.

6. Berapa lama perlindungan vaksin itu bisa bertahan?

Tingkat keefektifan 90 persen dihitung tujuh hari setelah dosis kedua, tetapi hasil ini cenderung berubah seiring dengan pengumpulan data dalam jangka panjang.

"Secara umum, untuk memastikan berapa lama perlindungan berlangsung, penelitian lanjutan akan diperlukan untuk mendeteksi tingkat kedua jenis tanggapan kekebalan, antibodi dan sel T serta risiko paparan berulang," kata Kampmann.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya