Vaksin Pfizer dan BioNTech Diklaim Sangat Efektif Hadapi COVID-19
- Istimewa
VIVA – Pfizer dan mitranya BioNTech mengatakan, vaksin mereka untuk melawan virus corona atau COVID-19 sangat efektif bahkan melebihi ekspektasi, dengan hasil yang kemungkinan besar akan disambut dengan kegembiraan dan kelegaan dalam menghadapi pandemi global.
Vaksin ini adalah yang pertama diuji di Amerika Serikat untuk menghasilkan data tahap akhir. Perusahaan asal Jerman ini mengatakan, analisis awal dari hasilnya menunjukkan bahwa individu yang menerima dua suntikan vaksin dalam 3 minggu, mengalami lebih dari 90 persen lebih sedikit gejala COVID-19, dibanding mereka yang menerima plasebo. Selama berbulan-bulan, para peneliti telah memperingatkan vaksin itu mungkin hanya efektif 60-70 persen.
Uji Tahap 3 sedang berlangsung dan data tambahan dapat memengaruhi hasilnya. Sesuai dengan panduan dari Food and Drug Administration (FDA), perusahaan tidak akan mengajukan otoritasi penggunaan darurat untuk mendistribusikan vaksin sampai mereka mencapai tonggak sejarah lain, ketika setengah dari pasien dalam penelitian mereka telah diamati untuk masalah keamanan, setidaknya untuk dua bulan setelah pemberian dosis kedua. Pfizer berharap dapat melewati ambang itu pada minggu ketiga November 2020.
Baca juga:Â Segera Diluncurkan, Mutu Vaksin COVID-19 Dijamin BPOM
"Saya telah mengembangkan vaksin selama 35 tahun. Saya telah melihat beberapa hal yang sangat bagus. Ini luar biasa. Ini benar-benar pertanda baik bagi kami untuk dapat menangani epidemi dan mengeluarkan kami dari situasi ini," kata kata William Gruber, wakil presiden senior penelitian dan pengembangan klinis vaksin Pfizer, dilansir Statnews, Selasa 10 November 2020.
Meski ini menjadi titik terang dalam pertempuran melawan pandemi dan kemenangan bagi Pfizer dan BioNTech, namun informasi penting tentang vaksin tersebut masih belum tersedia. Belum ada informasi apakah vaksin tersebut dapat mencegah kasus yang parah. Selain itu, belum ada informasi apakah vaksin tersebut bisa mencegah orang pembawa virus penyebab COVID-19, SARS-CoV-2, tanpa gejala (OTG).
"Tanpa informasi lebih lanjut, terlalu dini untuk mulai memprediksi seberapa besar dampak yang dapat ditimbulkan oleh vaksin. Saya tidak ingin menyurutkan antusiasme untuk vaksin ini. Saya hanya ingin realistis. Agar vaksin benar-benar memiliki dampak yang maksimal, itu juga harus mengurangi penyakit parah dan kematian. Dan kami belum tahu," ujar Michael Osterholm, direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular Universitas Minnesota.
Karena vaksin ini baru dipelajari beberapa bulan, masih belum bisa dipastikan berapa lama vaksin akan melindungi dari infeksi virus. Bahkan, vaksin menunjukkan efek samping, termasuk sakit dan demam, menurut data yang diterbitkan sebelumnya.
Gruber mengatakan, dia yakin efek sampingnya sebanding dengan vaksin dewasa standar, tetapi mungkin lebih buruk dibanding vaksin pneumonia Pfizer, Prevnar, atau suntikan flu.
Terlebih, hasilnya belum ditinjau oleh sejawat atau ilmuwan luar atau diterbitkan dalam jurnal medis. Dan bahkan Pfizer dan BioNTech tidak diberi rincian lain tentang bagaimana vaksin dilakukan oleh pemantau independen yang mengawasi penelitian.
Jika mendapatkan izin, persediaan awal vaksin akan dibatasi. Pfizer akan memproduksi hingga 50 juta dosis dan akan tersedia secara global pada akhir tahun dengan 1,3 miliar tersedia pada 2021.
Namun, diperkirakan akan ada tantangan distribusi. Di mana vaksin harus disimpan pada suhu yang sangat dingin, yang membuatnya sangat sulit untuk dikirim ke banyak tempat. Namun, Pfizer yakin masalah tersebut dapat diatasi.