Vaksin Pfizer untuk COVID-19 Diklaim Manjur 90 Persen

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Pixabay/pearson0612

VIVA – Calon vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh produsen obat Pfizer menunjukkan efektivitas lebih dari 90 persen. Kemanjuran ini jauh lebih baik dari yang diharapkan jika tren berlanjut.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Klaim efektivitas calon vaksin tersebut didapatkan dari 43.000 relawan yang mendapat dua dosis vaksin atau plasebo. Dari situ, ditemukan bahwa kurang dari 10 persen infeksi terjadi pada peserta yang telah diberi vaksin. Dan lebih dari 90 persen kasus terjadi pada orang yang telah diberi plasebo.

Pfizer mengatakan bahwa vaksin yang dibuat bersama BioNTech dari Jerman ini memiliki tingkat kemanjuran lebih tinggi dari 90 persen pada tujuh hari setelah dosis kedua. Hal ini berarti perlindungan dicapai 28 hari setelah seseorang mulai vaksinasi. Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan akan mengharapkan setidaknya 50 persen kemanjuran dari vaksin virus korona apa pun.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Baca juga: Proses Perjalanan Vaksin Hingga Bisa Digunakan Manusia

Dalam wawancara dengan Kepala Koresponden Medis CNN Dr. Sanjay Gupta pada Senin pagi, CEO Pfizer Albert Bourla menyebut vaksin COVID-19 sebagai "kemajuan medis terbesar" dalam seratus tahun terakhir dunia.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

"Emosi sangat terasa. Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan saya ketika mendengar hasilnya kemarin pukul 2 siang. Saya rasa, berdasarkan dampak, ini akan menjadi kemajuan medis terbesar dalam 100 tahun terakhir. Ini luar biasa tetapi datang pada saat dunia paling membutuhkannya," kata Bourla seperti dikutip dari laman CNN.

Dalam rilis berita, raksasa farmasi itu mengatakan berencana akan meminta izin penggunaan darurat dari FDA segera setelah sukarelawan dipantau selama dua bulan setelah mendapatkan dosis vaksin kedua mereka, seperti yang diminta oleh FDA.

Sejak 27 Juli 2020 lalu, uji coba fase 3 vaksin Pfizer telah melibatkan 43.538 peserta. Hingga Minggu, sebanyak 38.955 relawan telah menerima dosis kedua dari vaksin tersebut.

Photo :
  • Pixabay/kfuhlert

Perusahaan tersebut mengatakan, 42 persen dari situs uji coba internasional dan 30 persen situs uji coba AS melibatkan relawan dari latar belakang ras dan etnis yang beragam. Tujuan akhir dari uji coba ini adalah untuk mencapai 164 kasus infeksi virus corona yang dikonfirmasi.

Untuk diketahui, vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer menggunakan teknologi yang belum pernah disetujui sebelumnya yang disebut messenger RNA, atau mRNA, untuk menghasilkan respons imun pada orang yang divaksinasi.

Pendekatan vaksin mRNA menggunakan materi genetik yang disebut mRNA untuk mengelabui sel agar menghasilkan bit protein yang terlihat seperti potongan virus. Sistem kekebalan kemudian belajar untuk mengenali dan menyerang bagian-bagian itu dan, secara teori, akan bereaksi cepat terhadap infeksi yang sebenarnya.

Pfizer mengatakan, pada Senin akan mengevaluasi apakah vaksin melindungi orang dari penyakit COVID-19 yang parah dan apakah vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit COVID-19, bahkan pada pasien yang telah terinfeksi sebelumnya.

"Alasan mengapa kami memilih teknologi RNA adalah persis seperti itu. Ini adalah teknologi yang dapat Anda dorong tanpa masalah dalam menciptakan antibodi melawan vaksin Anda, lagi dan lagi dan lagi. Dan sejauh ini, vaksin tersebut belum menunjukkan masalah keamanan," kata Bourla.

Baca juga: BPOM Kawal Ketat Penyediaan Vaksin COVID-19

Bourla mengatakan kepada CNN bahwa Pfizer berharap akan ada 50 juta dosis vaksin secara global tahun ini, dan 1,3 miliar tahun depan.

"Siapa yang akan mendapatkan vaksin ini? Kami memiliki dua jalur produksi terpisah. Satu di AS. Yang lebih suka kami gunakan terutama untuk orang Amerika," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya