Studi Baru: Anak-anak Tidak Berisiko Sebarkan COVID-19

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020, membuat masyarakat dunia berhati-hati agar tidak tertular. Selain orang dengan penyakit bawaan, dan orang lanjut usia, anak-anak juga diketahui memiliki risiko lebih besar untuk tertular penyakit.

The Magic of Christmas Hadirkan Keseruan Natal, Ada Banyak Aktivitas Seru dan Menarik!

Disebutkan bahwa anak-anak di bawah 14 tahun dikatakan sebagai penyebar infeksi, yang berarti memiliki kemampuan untuk menyebarkan infeksi ke orang lain dalam skala besar.  

Di beberapa kasus anak-anak menjadi orang tanpa gejala atau asimtomatik yang dapat menularkan penyakit ke orang lain. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa pembukaan sekolah terbukti merugikan kelompok masyarakat lainnya.

Anggota DPR Dukung Langkah Menkopolkam Lindungi Pelajar Dari Bahaya Judi Online

Bahkan ada yang khawatir anak yang tinggal serumah dengan orang yang rentan dapat meningkatkan faktor risiko COVID-19. 

Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa anak-anak tidak meningkatkan atau menambah risiko COVID-19 lebih besar di lingkungan tertentu.

Pertama di Indonesia, Program Studi Artificial Intelligence (AI) Diluncurkan

Sebuah studi skala besar yang dilakukan di Inggris telah mensurvei sembilan juta orang dewasa berusia 65 tahun ke bawah yang tinggal dengan anak-anak berusia di bawah 11 tahun dan risiko COVID-nya, dan membandingkannya dengan orang dewasa yang hidup tanpa anak.

Para peneliti, yang berbasis di University of Oxford dan London's School of Hygiene and Tropical Medicine menjelaskan penelitian ini dilakujan bertujuan untuk memastikan risiko keparahan COVID, yaitu risiko rawat inap dan hasil yang memburuk.

Teramati bahwa orang yang tinggal dengan anak-anak tidak memiliki risiko rawat inap yang lebih tinggi dari COVID. Tetapi memiliki tingkat kematian yang lebih rendah terkait dengan COVID-19.

Tinggal bersama dengan anak-anak juga dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah dari hasil non-COVID. Anehnya, orang tua atau individu lain yang tinggal bersama anak-anak berusia antara 12-18 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita risiko virus korona yang parah atau tertular infeksi.

Bagaimana ini bisa terjadi? Meskipun anak-anak dapat bertindak sebagai agen penular penyakit secara diam-diam, atau memiliki risiko yang lebih rendah untuk tertular penyakit tersebut, para ahli mematok bahwa orang dewasa memiliki dorongan kesadaran dan kewaspadaan yang lebih tinggi untuk menjaga keluarga saat tinggal bersama anak-anak kecil.

Namun hal tersebut, terkait dengan penggunaan tembakau dan alkohol.

Studi tersebut juga terbukti bertujuan untuk membangun hubungan antara perubahan sistem kekebalan dari paparan anak-anak (yang lebih mungkin memiliki kekebalan sistematis terhadap virus corona) juga dapat menurunkan risiko infeksi dan kematian.

Bisakah ini membuka jalan bagi pembukaan kembali sekolah dan perguruan tinggi yang aman? Dengan munculnya kembali kasus dan pengenaan lockdown baru, di Inggris, beberapa sekolah dan perguruan tinggi tetap ditutup.

Para ahli juga merasa bahwa dengan tambahan risiko yang dibawa anak-anak, pembukaan kembali institusi dan pusat penitipan anak dapat membahayakan orang dewasa. Namun, jika studi baru akan berlalu, kita dapat dengan aman melihat garis waktu di mana pembukaan sekolah dan fasilitas perawatan dapat dilakukan dengan aman.

Dilansir dari laman Times of India, profesor epidemiologi klinis di LSHTM, Liam Smeeth,percaya bahwa mungkin tidak ada 'bahaya bersih' membiarkan anak-anak bersekolah lagi:

"Kami tahu bahwa orang yang tinggal dengan anak-anak umumnya lebih sehat dan memiliki risiko kematian yang sedikit lebih rendah ... dan kami melihat pola yang sangat mirip untuk hasil COVID-19 yang buruk seperti rawat inap dan kematian. Jadi, tidak ada kerugian bersih pada anak-anak.  kembali ke rumah dari sekolah," jelas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya