Berapa Lama Antibodi Terbentuk Usai Disuntik Vaksin Corona?

Ilustrasi vaksin virus corona
Sumber :

VIVA – Vaksin menjadi salah satu pencegahan sejumlah penyakit yang disebabkan oleh infeksi yang paling efektif termasuk untuk penyakit COVID-19. Namun sejumlah pertanyaan seputar vaksin di masyarakat cukup masif. 

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Salah satunya terkait berapa lama antibodi seseorang terbentuk usai mendapat vaksin? Terkait dengan pertanyaan tersebut, Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, dr. Dirga Sakti Rambe angkat bicara. Dia menyebut masih menunggu data hasil uji klinis fase 3, untuk mengetahui hal tersebut. 

"Jadi memang saat ini masih menunggu data hasil uji klinis fase 3. Jadi berapa lama proteksinya, berapa kali suntikan atau perlu diulang atau tidak. Oleh karena itu, memang pemerintah mengambil sikap kehati-hatian tunggu hasil uji klinis tahap 3 supaya vaksin yang digunakan aman dan efektif," kata Dirga.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Baca juga: Studi: Kekebalan Tubuh Pasien Corona Tahan 6 Bulan

Ia menyampaikan hal tersebut dalam Dialog Produktif Vaksin: Intervensi Kesehatan Masyarakat yang Efektif dan Aman yang disiarkan secara streaming di YoTube Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Selasa 3 November 2020. 

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Selain itu, Dirga juga menjawab beberapa pertanyaan mengenai kejadian ikutan pasca imunisai (KIPI). Dia menjelaskan, KIPI definisi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi setelah vaksinasi. Dirga memberi contoh, suatu hari seseorang melakukan vaksinasi MMM.

Kemudian ketika sore hari dia tiba-tiba merasakan sakit kepala. Untuk prinsip kehati-hatian harus dilaporkan mengalami sakit kepala usai vaksinasi. Tapi kata dia, tidak semua KIPI yang terjadi berhubungan dengan vaksinnya. 

Baca juga: Penderita Diabetes Masih Bisa Makan Nasi, Asal Ikuti Aturan Ini

"Dianggap KIPI-nya sakit kepala. Tapi perlu diingat bahwa IP yang dilaporkan belum tentu akibat vaksin, sudah ada metodenya untuk membuktikan apakah keluhan yang dikeluhkan berhubungan karena bisa jadi kebetulan misalnya siang telat makan sorenya sakit kepala. Jadi tidak semua IP terjadi berhubungan sama vaksinnya," kata dia.

Lebih lanjut, Dirga menyebut bahwa vaksin memang mempunyai efek sampingnya sebagaimana produk medis lainnya. Tetapi, kata dia mayoritas sifanya ringan dan hanya berupa reaksi lokal yaitu nyeri di tempat bekas suntikan sebagian juga demam. 

"Tapi (demam) itu karena tanda vaksin bekerja," ujar dia.  

Disisi lain, Dirga juga memberikan contoh kesuksesan vaksin dalam menangani masalah penyakit infeksi. Seperti pada tahun 1900an dimana program vaksinasi smallpox. 

"Salah satu contoh keberhasilan program vaksinasi yang paling fenomenal adalah musnahnya satu penyakit yang disebut smallpox sejak 1900an penyakit ini sudah musnah. Padahal dulu 1 dari 3 orang yang kena meninggal," tutur dia.
 
Di sisi lain, untuk saat ini dunia juga sedang berupaya untuk mengeliminasi atau menghilangkan penyakit campak dan polio. 

"Dan kita bisa saksikan sudah beberapa tahun terakhir Indonesia dinyatakan bebas polio, ini bukti nyata imunisasi yang mencakup tinggi," kata Dirga.

Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya