Studi: Kekebalan Tubuh Pasien Corona Tahan 6 Bulan

Ilustrasi jaga jarak/virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Sebuah penelitian kecil di Inggris menemukan bahwa sistem sel imun terhadap pandemi virus SARS-CoV-2 muncul setelah enam bulan pada orang yang menderita COVID-19 ringan atau tanpa gejala. Hal ini menunjukkan bahwa mereka mungkin memiliki beberapa tingkat perlindungan setidaknya untuk waktu itu. 

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Hasil tersebut berdasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap 100 pasien COVID-19 yang tidak dirawat di rumah sakit di Inggris. Dari penelitian itu, para peneliti mengatakan bahwa ini bukan berarti mereka tidak bisa terinfeksi kembali.

“Meskipun temuan kami membuat kami sangat optimis tentang kekuatan dan lamanya kekebalan yang dihasilkan setelah infeksi SARS-CoV-2, ini hanyalah satu bagian dari teka-teki,” kata seorang profesor hematologi di Universitas Birmingham Inggris yang juga pemimpin  penelitian ini, Paul Moss, seperti dikutip dari laman Asiaone.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Baca juga: Hore, 5 Zodiak Ini Bisa Lunasi Semua Utang di November 2020

Dia melanjutkan, masih banyak yang dipelajari sebelum memiliki pemahaman penuh tentang cara kerja kekebalan terhadap COVID-19. Di sisi lain, para ahli yang tidak terlibat langsung dengan penelitian tersebut mengatakan temuannya penting dan akan menambah pengetahuan tentang potensi kekebalan pelindung terhadap COVID-19.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Penelitian, yang belum ditinjau sejawatnya oleh para ahli lain tetapi dipublikasikan secara online di bioRxiv, ini menganalisis darah 100 pasien enam bulan setelah mereka menderita COVID-19 ringan atau tanpa gejala.

Dari sana, ditemukan bahwa beberapa tingkat antibodi pasien telah menurun, tetapi bagian penting lain dari sistem kekebalan tetap kuat.

Baca juga: Penderita Diabetes Masih Bisa Makan Nasi, Asal Ikuti Aturan Ini

“Hasil awal (kami) menunjukkan bahwa respons sel-T dapat bertahan lebih lama dari respons antibodi awal,” kata konsultan ahli epidemiologi di Public Health England, Shame Ladhani.

Dari studi ini juga ditemukan ukuran respons sel-T berbeda, dan jauh lebih tinggi pada orang yang memiliki gejala COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak memiliki gejala saat terinfeksi.

Para peneliti mengatakan ini dapat ditafsirkan dalam dua hal: Ada kemungkinan bahwa kekebalan seluler yang lebih tinggi dapat memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi ulang pada orang yang memiliki gejala.  Atau pasien tanpa gejala lebih mampu melawan virus tanpa perlu menghasilkan respons imun yang besar.

“Hasil ini memberikan kepastian bahwa, meskipun titer antibodi terhadap SARS-CoV-2 dapat turun di bawah tingkat yang dapat dideteksi dalam beberapa bulan setelah infeksi, tingkat kekebalan terhadap virus dapat dipertahankan,” kata ketua imunologi di  Imperial College London, Charles Bangham. 

“Ini  menjadi pertanda baik untuk jangka panjang, baik dalam hal pengembangan vaksin dan kemungkinan perlindungan jangka panjang terhadap infeksi ulang,” kata profesor imunologi dan penyakit menular di Universitas Edinburgh, Eleanor Riley. 

Dia menekankan, bagaimanapun, bahwa mereka belum tahu apakah orang-orang dalam penelitian ini terlindungi dari infeksi ulang. Sementara itu, hingga saat ini lebih dari 46 juta orang di seluruh dunia tercatat telah terinfeksi COVID-19. Meski demikian, kasus reinfeksi yang dikonfirmasi sejauh ini sangat jarang.

Seperti diketahui, jumlah kasus COVID-19 saat ini masih tinggi. Untuk itu, cara yang paling efektif dilakukan untuk mencegah penularan yaitu dengan mematuhi protokol kesehatan dan selalu melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan jauhi kerumunan serta Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#ingatpesanibu
#satgascovid19
#pakaimasker
#cucitanganpakaisabun
#jagajarak

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya