Vaksin COVID-19 Dibuat Super Kilat, Apa yang Beda?

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Pixabay/pearson0612

VIVA – Diakui ahli vaksin, pembuatan atau proses mengembangkan vaksin biasanya dilakukan selama bertahun-tahun. Namun, pada vaksin COVID-19 dibuat super kilat. Apa yang membuatnya berbeda?

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog Omni Hospitals Pulomas, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, mengatakan bahwa umumnya butuh waktu puluhan tahun, setidaknya 10 tahun, untuk memproses vaksin. Di situasi wabah COVID-19 ini, kondisinya dianggap darurat.

Baca juga: Pernah Terinfeksi COVID-19, Haruskah Tetap Vaksin?

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Tapi ada situasi khusus seperti pandemi di mana butuh vaksin lebih cepat dilakukan. Upaya percepatan tapi tidak ada tawar-menawar untuk safety atau keamanannya," tutur Dirga.

Dirga menyebut, proses pembuatan vaksin terdiri dari tiga fase di mana membutuhkan puluhan ribu relawan. Dengan begitu, akan terbukti dua hal yang tak boleh dihilangkan sebelum vaksin akhirnya diedarkan.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

"Uji pada puluhan ribu orang di fase 3 untuk dilihat vaksin aman atau tidak. Kalau lancar, awal tahun nanti kita semua bisa pakai," kata Dirga.

"Walau ada upaya percepatan tapi ada tahapan yang tidak boleh dilewatkan. Harus dipastikan aman dan efektif," sambungnya.

Di sisi lain, vaksin COVID-19 dengan proses kilat itu dianggap sebagai generasi pertama. Nantinya, setelah kondisi darurat terlewati, para peneliti akan melakukan penyempurnaan vaksinnya.

Baca juga: Vaksin COVID-19 Dipakai Walau Belum Lolos Uji Klinis, Amankah?

"Kita sadar vaksin awal ini butuh penyempurnaan. Nanti akan ada generasi selanjutnya yang kita perbaiki," tutur Dirga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya