Pernah Terinfeksi COVID-19, Haruskah Tetap Vaksin?

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Pixabay/kfuhlert

VIVA – Vaksin COVID-19 rencananya akan segera dihadirkan untuk masyarakat paling cepat pada akhir tahun 2020 ini. Beberapa pertanyaan terlintas, termasuk siapa saja yang harus menjalani vaksin lantaran penularan COVID-19 sudah menjamah hampir semua kalangan.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Ketua Satgas COVID-19 PB IDI, Prof Dr dr Zubairi Djoerban, SpPD(K), menuturkan bahwa kelompok prioritas pada vaksinasi COVID-19 nanti adalah mereka yang rentan terpapar di lingkungannya. Tenaga medis dan pelayanan publik menjadi yang paling utama untuk dilakukan vaksinasi. Lantas, bagaimana dengan mereka yang pernah terinfeksi? Haruskah tetap vaksin?

"Kalau sudah pernah terinfeksi bukan prioritas untuk divaksinasi," kata Prod Zubairi, dalam acara virtual VIVA Talk bersama VIVA.co.id, beberapa waktu lalu.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Baca juga: 5 Gejala Awal Diabetes pada Pria, Nomor 2 Paling Ngeri

Menurutnya, berdasarkan pengalaman yang ada, beberapa pasien sudah membentuk antibodi virus tersebut sehingga kemungkinan terinfeksi ulang cukup rendah. Namun, antibodi virus itu biasanya hanya bertahan selama tiga bulan ataupun kurang.

Kedekatan Trump dan Putin Bocor, Sering Teleponan hingga Kirim Alat Tes COVID-19

"Yang sudah pernah sakit dan sembuh ada antibodi jadi kebal. Ada beberapa kebalnya jangka pendek, ada yang tiga bulan, atau lebih lama. Tergantung tiap orang beda-beda," tuturnya.

Ia pun menggambarkan seperti pada vaksin influenza yang tak memberikan perlindungan 100 persen pada masyarakat di Amerika. Beberapa kemungkinannya, lantaran musim dingin yang mendera disertai imunitas rendah, sehingga memicu kematian meski telah diberi vaksin. Untuk itu, ia menilai masyarakat tetap harus menjalani protokol kesehatan.

"Tetap harus protokol kesehatan. Pakai masker dan cuci tangan. Jangan makan di restoran bareng-bareng berdekatan di ruangan yang pakai AC dan tertutup. Tempat ibadah pun risiko tertular jika tertutup," ujar Prof Zubairi.

Program vaksinasi COVID-19 juga bisa terjadi cukup lama untuk benar-benar diberikan pada seluruh masyarakat secara merata. Maka dari itu, Zubairi mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan 3M meski vaksin sudah diedarkan nantinya.

"Kalaupun vaksin efektif dan aman tapi masalah penyakit ini bisa dikatakan selesai kalau 70 persen masyarakat divaksin artinya 170 juta sudah divaksinasi. Bisa enam bulan dari sejak vaksinasi pertama," kata dia.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Virus Corona atau Covid-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Indonesia once faced the challenges of the Covid-19 pandemic. As part of an effort to provide early prevention it, can be done by an app.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024