4 Kelompok Paling Berisiko Kembangkan Gejala Jangka Panjang COVID-19

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Sebuah studi yang dilakukan oleh King's College di London, yang mendasarkan survei pada gejala yang masuk oleh pasien yang pulih di aplikasi studi gejala COVID-19, menemukan bahwa meskipun virus corona dapat menyerang siapa saja, ada faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risiko konsekuensi jangka panjang.

Diamati juga bahwa menurut penelitian, 1 dari 20 orang mengeluhkan efek samping yang parah setelah menjalani COVID-19, sementara 1 dari 7 mengeluh 'sakit' hingga 4 minggu.

Baca Juga: Deteksi Dini OTG COVID-19, Alat PCR Asal Korea Siap Edar

Meskipun tidak ada perbedaan yang jelas untuk COVID-19 jangka panjang, para ahli menyarankan, pasien yang sudah sembuh dan mengalami lima gejala atau lebih pada minggu pertama setelah dinyatakan negatif, lebih mudah bertahan dalam jangka panjang.

Berdasarkan temuan terbaru, berikut empat golongan orang yang dapat meningkatkan risiko COVID-19 jangka panjang, dilansir Times of India, Minggu 25 Oktober 2020.

1. Punya penyakit pernapasan

Meskipun tidak ada masalah medis yang sudah ada sebelumnya yang ditandai dengan risiko COVID-19 jangka panjang lebih tinggi, diamati bahwa pasien yang memiliki risiko lebih tinggi, mengalami masalah pernapasan dan infeksi paru-paru, menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk menderita gejala pasca virus.

Perlu dicatat, virus penyebab COVID-19 pada dasarnya adalah kuman pernapasan, dan menyebabkan kerusakan paling parah pada saluran pernapasan dengan membuat jaringan parut dan merusak fungsinya dalam beberapa kasus.

Penyaluran Dana PKH untuk Lansia, Cek Jadwal Pencairan dan Tahapan Lengkapnya!

Untuk alasan yang sama, sesak napas, batuk terus-menerus, tetap menjadi gejala pasca COVID-19 yang paling sering dilaporkan beberapa minggu setelah viral load hilang.

2. Lansia

Terpopuler: Pesona Titiek Soeharto hingga Tanda Gangguan NPD

Orang lanjut usia, tetap menjadi salah satu kategori yang paling rentan menghadapi risiko infeksi COVID-19 yang tinggi, termasuk risiko kematian. Kekebalan tubuh yang lemah atau berkurang, dan kemungkinan mengembangkan penyakit penyerta juga memperlambat waktu pemulihan.

Oleh karena itu, mereka yang berusia 55 tahun akan berjuang lebih lama untuk mengatasi gejala virus corona, dengan menderita kelelahan, nyeri tubuh, kabut otak, dan sesak napas, menjadi yang paling umum.

Kasus Diabetes Anak Melonjak, Dokter Ungkap Jajanan Ini Bisa Jadi Sebab Obesitas Hingga Gagal Ginjal

3. Wanita

Jenis kelamin juga memiliki peran dalam memengaruhi hasil COVID-19. Sementara pria menghadapi risiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian, sayangnya wanita menghadapi risiko yang lebih tinggi untuk menderita sindrom pasca COVID-19.

Menurut penelitian, wanita dari segala usia lebih cenderung menderita gejala, seperti rambut rontok, kelelahan, gangguan indra penciuman atau perasa, dan kabut otak.

Studi sebelumnya dari Italia juga memperkirakan, wanita dengan COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan, stres dan Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD).

4. Kegemukan

Obesitas dan berat badan yang tidak terkendali akan menurunkan metabolisme tubuh. Peningkatan peradangan juga dapat meningkatkan risiko penyakit penyerta, memperlambat pemulihan dan membuat pasien terus mengalami gejala yang menetap selama berbulan-bulan. Maka dari itu, sangat penting untuk mengontrol berat badan ekstra secara holistik.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya