Golongan Darah O Lebih Kebal COVID-19, Ini Kata Peneliti

Ilustrasi hasil tes darah positif Virus Corona COVID-19
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Sejauh ini, usia, jenis kelamin, dan komorbiditas telah dianggap sebagai penentu perkembangan penyakit COVID-19. Sekarang, faktor tak terduga tampaknya memengaruhi kerentanan terhadap COVID-19, menurut dua penelitian terbaru, yakni golongan darah.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Dalam kedua penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Blood Advances pekan lalu, para peneliti mengatakan bahwa orang dengan golongan darah O bisa lebih kuat terhadap penyakit tersebut dibandingkan orang dengan golongan darah lain.

Baca juga: Pemerintah Bahas Timeline Program Vaksinasi COVID-19

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Meskipun hasil dari kedua makalah penelitian tersebut sama, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Studi Denmark mengatakan bahwa lebih banyak orang positif COVID-19 memiliki golongan darah A, B dan AB, sementara lebih sedikit orang dengan golongan darah O yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona.

"Temuan kami tentang perlindungan relatif serupa oleh golongan darah O pada individu muda, petugas kesehatan, dan individu tanpa penyakit kardiovaskular terdaftar menunjukkan bahwa hubungan antara golongan darah non-O dan komorbiditas tidak menjelaskan perlindungan nyata yang dialami oleh individu kelompok O," tulis studi itu, dikutip dari Medical Daily.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Di sisi lain, penelitian di Kanada menunjukkan bahwa, sama dengan golongan darah O, bahkan golongan darah B tampaknya memberikan kekebalan terhadap virus corona baru dan komplikasinya. Menurut penelitian, lebih banyak orang dengan tipe A dan AB membutuhkan perawatan, terutama jika dibandingkan dengan golongan darah O atau B. 

"Lebih banyak orang dalam kategori sebelumnya juga menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU) dengan ventilator untuk potensi kerusakan paru-paru dan dialisis untuk kerusakan ginjal," tulis studi tersebut.

Kesimpulan penelitian itu antara lain, orang yang termasuk golongan darah A dan AB membutuhkan lebih banyak perhatian medis. Dari golongan darah A dan AB, sekitar 84 persen membutuhkan ventilator untuk membantu mereka bernapas dibanding dengan golongan darah O dan B, 61 persen membutuhkan hal yang sama. 

Di antara pasien A dan AB, sekitar 32 persen membutuhkan dialisis, pengobatan yang mendukung fungsi ginjal saat gagal ginjal serta tidak banyak pasien dengan golongan darah O dan B yang membutuhkan dialisis.

"Bagian unik dari penelitian kami adalah fokus kami pada efek keparahan golongan darah pada COVID-19. Kami mengamati kerusakan paru-paru dan ginjal ini, dan dalam penelitian selanjutnya, kami ingin mengetahui efek golongan darah dan COVID-19 pada organ vital lainnya," ujar Mypinder S. Sekhon, MD, dari University of British Columbia, mengatakan dalam rilis persnya.

Sebaliknya, studi lain yang diterbitkan dalam Annals of Hematology pada Juli ini mengatakan, tingkat keparahan penyakit tidak dapat diprediksi oleh golongan darah.

Baca juga: Satgas Ingatkan Dampak Berlibur Bisa Picu Kasus Positif

"Kami menunjukkan melalui studi multi-institusional bahwa tidak ada alasan untuk percaya menjadi golongan darah ABO tertentu akan menyebabkan peningkatan keparahan penyakit, yang kami definisikan sebagai memerlukan intubasi atau menyebabkan kematian,” Anahita Dua, asisten profesor bedah di Massachusetts Rumah Sakit Umum dan penulis senior, mengatakan dalam rilis berita.

Terlepas dari hal itu, tindakan pencegahan perlu dilakukan yakni 3M: memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan.

#pakaimasker
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitanganpakaisabun
#ingatpesanibu
#satgascovid19

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya