3 Bahaya Tersembunyi di Balik Konsumsi Daging Babi
- Freepik/topntp26
VIVA – Penyanyi Ovi Sovianti membeberkan kesannya usai mengonsumsi daging babi. Mantan personel Duo Serigala itu menyebut rasannya tak berbeda dibanding jenis daging hewan lainnya.
Terlepas dari kabar tersebut, daging babi memiliki dampak pada kesehatan yang berbeda dari jenis daging lainnya. Mengonsumsi daging babi bisa menjadi salah satu yang paling berbahaya lantaran membawa beberapa risiko penting yang harus diwaspadai oleh setiap konsumen.
Baca Juga: Syok Beli Daging Diduga Mr P, Wanita Lapor Polisi dan Sewa Pengacara
Berikut tiga dampak konsumsi daging babi dikutip dari laman Healtline, Rabu, 14 Oktober 2020.
1. Hepatitis E
Jeroan menjadi salah satu bagian favorit bagi pecinta daging, terutama hati. Terlebih, organ hati dianggap memiliki kandungan vitamin A serta mineral yang sangat tinggi.
Tetapi jika berbicara tentang daging babi, hati mungkin adalah sesuatu yang berisiko. Di negara maju, hati babi adalah sumber penularan hepatitis E berbasis makanan tertinggi, virus yang menginfeksi 20 juta orang setiap tahun dan dapat menyebabkan penyakit akut (demam, kelelahan, penyakit kuning, muntah, nyeri sendi dan sakit perut), pembesaran hatidan terkadang gagal hati dan kematian
Sebagian besar kasus hepatitis E secara diam-diam bebas dari gejala, tetapi wanita hamil dapat mengalami reaksi keras terhadap virus, termasuk hepatitis fulminan (gagal hati yang berawal cepat) dan risiko tinggi kematian ibu dan janin. Faktanya, ibu yang terinfeksi selama trimester ketiga menghadapi tingkat kematian hingga 25 persen.
2. Multiple sklerosis
Salah satu risiko paling mengejutkan yang terkait dengan daging babi adalah risiko multiple sclerosis (MS). Penyakit tersebut dipicu akibat kondisi autoimun yang menghancurkan yang melibatkan sistem saraf pusat.
Antara 2007 dan 2009, sekitar 24 pekerja pabrik daging babi secara misterius jatuh sakit dengan neuropati inflamasi progresif, yang ditandai dengan gejala mirip MS, seperti kelelahan, mati rasa, kesemutan dan nyeri. Sumber wabah yang disebut ‘kabut otak babi; yakni partikel kecil dari jaringan otak terlempar ke udara selama pemrosesan daging.
Ketika para pekerja menghirup partikel jaringan ini, sistem kekebalan mereka, sesuai protokol standar, membentuk antibodi melawan antigen babi asing.
Bisakah babi masih menularkan zat bermasalah melalui konsumsi? Jawabannya adalah ya spekulatif. Untuk satu, bakteri tertentu, terutama Acinetobacter, terlibat dalam mimikri molekuler dengan myelin, zat selubung saraf yang menjadi rusak di MS.
Meskipun peran babi sebagai pembawa Acinetobacter belum dipelajari secara mendalam, bakteri tersebut telah ditemukan di kotoran babi, di peternakan babi dan di bacon, salami babi dan ham, di mana ia berfungsi sebagai organisme pembusuk.
Jika daging babi bertindak sebagai kendaraan untuk penularan Acinetobacter (atau dengan cara apa pun meningkatkan risiko infeksi pada manusia), kaitan dengan MS akan makin masuk akal.
3. Kanker hati dan sirosis
Masalah hati cenderung mengikuti jejak beberapa faktor risiko yang dapat diprediksi, yaitu infeksi hepatitis B dan C, paparan aflatoksin (karsinogen yang dihasilkan oleh jamur) dan alkohol berlebihan.
Ada hubungan epidemiologis yang kuat antara konsumsi daging babi dan penyakit hati. Jika kaitan ini mencerminkan sebab dan akibat, salah satu penyebabnya mungkin senyawa N-nitroso, yang banyak ditemukan dalam produk daging babi olahan yang dimasak pada suhu tinggi.