WHO Tak Sarankan Lockdown Lagi, Bikin Orang Miskin Makin Miskin

Virus corona
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Komentar mengejutkan datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang COVID-19. Salah satu petingginya menyerukan kepada pemimpin dunia untuk tidak lagi melakukan penguncian atau lockdown demi ekonomi. 

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

"Kami di Organisasi Kesehatan Dunia tidak menganjurkan penguncian sebagai alat utama pengendalian virus ini," kata Utusan Khusus (Special Envoy) WHO Dr David Nabarro, dilansir dari abc.net.au, Senin 12 Oktober 2020. Ia membuat  pernyataan dalam wawancara dengan The Spectator

Pernyataan dari Dr David Nabarro ini juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah WHO telah membalikkan nasihatnya, beberapa bulan setelah pandemi diumumkan.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Baca juga: Vitamin D Cegah Kerusakan Organ Pasien COVID-19, Termasuk Paru-Paru

"Satu-satunya saat kami yakin bahwa lockdown dapat dibenarkan adalah untuk memberi Anda waktu untuk mengatur ulang, menyusun kembali, menyeimbangkan kembali sumber daya Anda; melindungi petugas kesehatan Anda yang kelelahan. Namun kami lebih suka tidak melakukannya," tutur Dr. Nabarro. 

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Dr Nabarro memberi tahu The Spectator bahwa dampak ekonomi di negara-negara kecil yang bergantung pada pariwisata dan peningkatan tingkat kemiskinan adalah dua efek utama dari penutupan komunitas.

"Kami benar-benar mengimbau semua pemimpin dunia, berhenti menggunakan lockdown sebagai metode kontrol utama Anda," ujarnya

Ia menambahkan, "Penguncian hanya memiliki satu konsekuensi yang tidak boleh pernah diremehkan, dan itu membuat orang miskin menjadi jauh lebih miskin."

Meskipun pernyataan itu sendiri tampaknya menyerukan diakhirinya penguncian, pesannya konsisten dengan artikel yang ditulis oleh Dr Nabarro beberapa hari sebelumnya.

Berjudul,  Reflections about the Middle Path, dia menganjurkan pemerintah di seluruh dunia untuk menemukan keseimbangan antara batasan dan kehidupan normal.

"Terlalu banyak pembatasan merusak mata pencaharian orang dan memicu kebencian. 'Virus menjadi liar' akan menyebabkan banyak kematian serta melemahkan COVID-19 lama di kalangan orang muda," tulisnya.

Pesan dari artikel tersebut adalah bahwa tindakan kesehatan yang melibatkan kebersihan pribadi yang ketat, pelacakan kontak yang efektif, dan isolasi ketika sakit adalah tindakan penting yang harus diambil.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya