Ini Alasan Banyak Pasien Positif COVID-19 Tak Punya Gejala

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Arizona, Amerika Serikat, SARS-CoV-2, virus mematikan yang bertanggung jawab menyebabkan infeksi COVID-19 pada manusia, sebenarnya dapat memengaruhi sel-sel tertentu di dalam tubuh, dapat menghilangkan rasa sakit, sehingga tidak menimbulkan gejala.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Penelitian terbaru ini mungkin memberikan petunjuk mengapa pada orang tanpa gejala (OTG), lebih dari separuh kasus infeksi tidak mengalami gejala, tetapi terus menyebarkan infeksi dalam jumlah besar.

Baca Juga: Tak Tulari Janin, Ibu Positif COVID-19 Boleh Beri ASI

COVID-19 Mulai Ancam Olimpiade 2024, Atlet Indonesia Diminta Waspada

Menurut Dr Rajesh Khanna, profesor di College of Medicine, Departemen Farmakologi Tucson, alasan beberapa pasien tidak mengalami gejala COVID-19 adalah karena virus dapat menyebabkan penekanan rasa sakit, terutama pada tahap awal.

Karena pasien tersebut tidak mengalami perubahan pada organ vital mereka, mereka melakukan rutinitas seperti biasa. Dengan demikian, mereka menularkan infeksi ke orang lain, secara tidak sadar. Perlu juga dicatat bahwa hari-hari awal infeksi, dianggap paling menular.

Joe Biden Dinyatakan Positif COVID-19 Lagi

Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona (foto ilustrasi).

Penelitian yang akan segera dipublikasikan di jurnal, PAIN, International Association for the Study of Pain ini menyebutkan:

"Sangat masuk akal bagi saya bahwa mungkin alasan penyebaran COVID-19 yang tak henti-hentinya adalah pada tahap awal, Anda berjalan dengan baik-baik saja seolah tidak ada yang salah, karena rasa sakit Anda hilang. Jika kami dapat membuktikan bahwa pereda nyeri inilah yang menyebabkan COVID-19 menyebar lebih jauh, itus sangat berharga," tulis penelitian itu, dikutip dari Times of India, Jumat, 9 Oktober 2020.

Angka oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, juga menunjukkan persentase besar dari risiko penularan hingga 40 persen, terjadi pada hari-hari paling awal sebelum gejala muncul (yaitu fase tanpa gejala).

Penemuan ini juga dapat memberikan beberapa petunjuk tentang fakta mengapa dua orang, yang didiagnosis dengan infeksi yang sama, mengalami gejala yang berbeda. Tetapi, mengapa tubuh tidak mengalami rasa sakit?

Meskipun ada lebih banyak penelitian yang sedang berlangsung, salah satu alasan di balik tidak bergejala, atau memiliki COVID-19 tanpa rasa sakit, adalah cara protein lonjakan Sars-CoV-2 mungkin berinteraksi dengan sel reseptor rasa sakit tubuh, sehingga membungkamnya. Karenanya, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menetralkan lonjakan protein virus.

Cara virus corona menyerang tubuh kita adalah dengan menempelkan dirinya pada reseptor ACE-2. Namun, baru-baru ini, para ilmuwan dapat menemukan bahwa masih ada cara lain virus untuk masuk, dengan menggunakan bantuan sel reseptor, neuropilin-1.

Menariknya, protein dan jalur yang terkait dengan sel reseptor spesifik ini, neuropilin-1, terlibat dalam pemrosesan dan pereda nyeri. Ketika virus penyebab COVID-19 menempel pada sel spesifik ini, itu membatasi fungsi faktor pertumbuhan endotel vaskular-A (VEGF-A), yang terlibat dalam fungsi saraf dan penerimaan rasa sakit, ergo, sehingga membuat orang tidak mengalami gejala.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya