Meluruskan 7 Mitos Seputar Masker yang Beredar di Masyarakat

Ilustrasi masker.
Sumber :
  • Freepik/tirachardz

VIVA – Salah satu cara terpenting untuk melindungi diri Anda dari COVID-19 adalah memakai masker saat berada di dalam rumah. Namun, seiring dengan penggunaan masker selama pandemi virus corona, sejumlah asumsi di masyarakat terus berkembang mengenai penggunaan masker ini.

Banyak mitos yang beredar seperti menggunakan masker dapat membuat sakit kepala hingga masker dapat menjadi pengganti jaga jarak sosial saat berada di luar rumah. Yuk, kita luruskan beberapa mitos terkait masker yang beredar di masyarakat, seperti dilansir dari laman Health Grades, Jumat, 9 Oktober 2020.

Baca Juga: 5 Jenis Masker Medis Sesuai Kebutuhan, Termasuk Buat Gowes!

1. Mitos: Masker wajah bisa sebagai pengganti jarak sosial

Ilustrasi Virus Corona COVID-19

Memakai masker mencegah saya menyebarkan virus, jadi saya tidak perlu khawatir dan tidak perlu menjaga jarak.

Faktanya: CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) merekomendasikan penggunaan masker kain untuk membantu mencegah penularan COVID-19.  Tapi itu bukan pengganti jarak fisik.  Menjaga jarak setidaknya 1-3 meter dengan orang lain saat berada di tempat umum merupakan hal paling penting untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Jaga jarak begitu penting karena virus menyebar terutama melalui droplet pernapasan dari jarak dekat, dan masker kain sederhana tidak dapat secara efektif menyaring partikel kecil virus dari tetesan atau udara yang Anda hirup.

Selain itu, COVID-19 juga dapat menyebar melalui udara, tetapi lebih mungkin terjadi di ruang dalam ruangan, di mana dropletdan aerosol yang terkontaminasi virus yang dihasilkan dari orang yang terinfeksi dapat menumpuk. Untuk mengurangi risiko tertular COVID-19, hindari berada dalam ruangan dengan banyak orang dan ventilasi yang buruk.

Perlu diingat bahwa pasien yang terinfeksi COVID-19 yang tidak menunjukkan gejala, atau memiliki gejala yang sangat sedikit, tetap dapat menularkan virus melalui bicara, batuk, atau bersin, terutama saat berada di dekat orang lain.

2. Mitos: Masker wajah justru bisa membuat saya lebih rentan terhadap COVID-19.

Ilustrasi masker

Orang-orang yang memakai masker terus-menerus jadi lebih sering menyentuh wajah mereka. Itu sebenarnya meningkatkan risiko saya tertular virus.

Faktanya: Memang benar bahwa orang yang memakai masker cenderung lebih sering menyentuh wajah mereka daripada mereka yang tidak, yang secara paradoks dapat mengakibatkan peningkatan risiko infeksi.

Namun, Anda dapat mengurangi risiko dengan sering mencuci tangan dan mengetahui cara memakai dan melepas masker dengan benar, serta erhati-hatilah agar tidak menyentuh bagian depannya.

3. Mitos: Hanya masker N95 yang paling baik

Ilustrasi virus corona/COVID-19/masker.

Banyak yang mengatakan bahwa masker N95 membantu melindungi pemakainya dari terkena virus, sedangkan masker bedah atau masker kain benar-benar membantu melindungi orang lain jika yang memakainya terpapar virus.

Faktanya: Sebenarnya, masker N95 dirancang untuk menghalang virus hingga 95 persen bahkan sampai pada partikel yang sangat kecil. Meski masker kain dan masker N95 memiliki tujuan yang berbeda, namun keduanya ditujukan untuk memperlambat penyebaran COVID-19.  

Namun, memakai masker kain harus selalu dikombinasikan dengan sering mencuci tangan dan menjaga jarak. Juga, perlu diingat bahwa masker bedah dan respirator N95 tidak banyak tersedia dan harus disediakan untuk petugas kesehatan atau petugas medis pertama lainnya.

4. Mitos: Saya tidak perlu mencuci masker setelah digunakan

Wanita Eropa pakai masker, ilustrasi cegah virus corona.

Mencuci masker kain setelah digunakan bisa memakan waktu lama dan tidak nyaman, jadi saya cenderung memakai masker beberapa kali sebelum mencuci.

Faktanya: Meskipun tidak terlalu nyaman, masker kain harus dicuci setelah digunakan. Tidak apa-apa untuk mencucinya dengan pakaian lain di mesin cuci, dan menggunakan pengaturan air yang paling hangat untuk bahan tersebut.

Anda juga bisa mencuci masker dengan tangan dengan menggunakan 4 sendok teh pemutih yang diencerkan dalam 1 liter air.  Dan pastikan untuk mengeringkan masker Anda, atau jemur di udara kering di bawah sinar matahari langsung, jika memungkinkan.  

5. Mitos: Masker apa pun yang dapat saya temukan, atau buat akan berhasil cegah COVID-19

Ilustrasi masker kain.

Apa pun yang menutupi hidung dan mulut saya, bagaimana pun cara pembuatannya, akan mencegah saya menyebarkan virus ke orang lain.

Faktanya: Penutup wajah kain pada umumnya mudah dibuat, dan dapat dibuat dengan biaya rendah menggunakan barang-barang rumah tangga. Tetapi masker kain harus mencakup banyak lapisan kain untuk memberikan perlindungan maksimal.  

CDC menawarkan petunjuk untuk masker tanpa jahitan menggunakan bahan umum yang terbuat dari kapas yang ditenun rapat, seperti bandana dan kaos oblong. Pelindung leher adalah yang paling tidak efektif.

6. Mitos: Memakai masker bisa membuat saya mual

Ilustrasi pakai masker

Menggunakan masker memungkinkan karbondioksida menumpuk, yang akan membuat saya sulit bernapas dan bisa membuat saya mual.

Faktanya: Banyak orang telah mendengar bahwa menghirup CO2 (juga dikenal sebagai hiperkapnia) dari penggunaan masker dapat menyebabkan gejala seperti pusing, sakit kepala, dan sesak napas. Tetapi karena kebanyakan orang (selain petugas kesehatan) memakai masker untuk waktu yang singkat, kemungkinan besar mereka tidak akan mengalami sakit kepala ringan.

Perlu diketahui bahwa setelah masker menjadi basah (mungkin karena terhirup), keefektifannya mulai berkurang dan perlu dicuci atau diganti.

7. Mitos: Mengenakan masker berarti saya takut atau lemah.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Ilustrasi masker produksi BYD

Memakai masker adalah tanda bahwa saya sudah ‘menyerah; pada virus.

Cara Mengelola Keuangan Setelah Kuliah: 7 Langkah Jitu Menuju Stabilitas Finansial!

Fakta: Banyak mitos tentang mengapa orang memilih untuk memakai atau tidak memakai masker.  Sebenarnya, memakai masker wajah berarti Anda memahami sifat dan risiko penyebaran virus yang sangat menular, dan peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan orang lain.

Saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta  Mencuci Tangan Pakai Sabun.

Lekas Pulih dari COVID-19, Indonesia Sukses Lalui Pandemi Mencekam

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Sebaran debu erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Lombok (sumber: BMKG Statmet ZAM Praya)

Abu Vulkanik Gunung Lewotobi Sampai Lombok, Warga Diminta Gunakan Masker

Debu Erupsi Gunung Lewotobi Sampai Lombok, BMKG Imbau Warga Gunakan Masker

img_title
VIVA.co.id
13 November 2024