Waspada Gejala Awal COVID-19 yang Muncul di Kulit
- Pixabay
VIVA – Meningkatnya jumlah kasus COVID-19, membuat masyarakat berhati-hati agar tidak terpapar virus yang menyerang saluran pernapasan ini. Masyarakat pun mulai mencari informasi terkait virus corona terutama gejala awalnya.
Ketika penyakit ini pertama kali muncul di dunia pada bulan Januari, para ahli kesehatan meminta masyarakat untuk mewaspadai sejumlah gejala seperti demam, batuk kering, dan sesak napas. Namun, ketika pandemi semakin meluas sejumlah gejala baru terus bermunculan, termasuk hilangnya rasa pengecapan dan indera penciuman, sakit kepala, mual, hingga diare.
Baca juga:Â Begini Cara Atasi Leher Kaku Saat WFH
Namun baru-baru ini, para peneliti telah menemukan bahwa ada gejala lain yang biasa diamati pada pasien COVID-19 yakni ruam kulit. Dilansir dari laman Times of India, para peneliti dari King's College London melihat data dari 336.000 orang Inggris dan menemukan bahwa 9 persen orang Inggris yang dites positif mengidap virus corona baru ditemukan memiliki gejala ruam kulit.Â
Menurut para ilmuwan, ruam kulit dapat muncul kapan saja baik sebelum atau setelah munculnya gejala COVID-19 lainnya. Ruam ini mungkin juga muncul beberapa minggu setelah dites positif atau saat gejala mulai berkembang.
“Kami telah meminta pemerintah untuk menambahkan ruam kulit ke daftar resmi tanda dan gejala COVID-19 oleh NHS karena akan mengurangi infeksi dan menyelamatkan nyawa," kata profesor epidemiologi genetik di King's College London, Tim Spector.
Para peneliti juga mengamati bahwa ruam kulit ini muncul bersamaan dengan kemerahan dan nyeri di jari tangan atau kaki bisa menjadi satu-satunya gejala COVID-19 pada orang-orang tertentu yang tertular infeksi. Mereka juga menemukan bahwa pasien dilaporkan menderita ruam kulit untuk jangka waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan gejala lain.
Baca juga:Â Vaksin COVID-19 Oxford Siap dalam 3 Bulan, Pandemi Segera Usai?
"Penting bagi orang untuk mengetahui bahwa dalam beberapa kasus, ruam mungkin merupakan gejala pertama atau satu-satunya dari penyakit ini," menurut penulis studi, Dr Veronique Bataille.