Peneliti UI Ungkap 2 Pemicu Utama Kematian COVID-19 di Jakarta

Ilustrasi Virus Corona COVID-19
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah mengobservasi kasus kematian pada pasien COVID-19 di DKI Jakarta. Hasilnya, usia tua serta penyakit bawaan menjadi pemicu utama kematian pada kasus COVID-19 yang dialami pasien.

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

"Alhamdulillah tim peneliti FKUI bersama tim Dinkes DKI mengungkap kematian 381 pasien COVID-19 dari 4052 pasien yang terkonfirmasi positif. Pasien yang diteliti adalah pasien berasal dari DKI," ujar Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, dalam keterangan persnya.

Baca juga: 4 Gejala COVID-19 Muncul Sebelum Batuk dan Demam

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

Riset dipublikasi pada jurnal Acta Medica Indonesiana, jurnal bertaraf internasional Q3. Terungkap bahwa usia tua, pneumonia, sesak napas, dan hipertensi merupakan faktor-faktor prediktor terjadinya kematian pada pasien terkonfirmasi COVID-19. 

Tim peneliti Dr. dr. Anna Rozaliyani, Sp.P, M.Biomed; dr. Diah Handayani, Sp.P(K); dan dr. Findra Setianingrum bekerja sama dengan dr. Ary I. Savitri dan dr. Titania N. Shelly dari Siena Clinical – Academic Research Organization; dr. Vini Ratnasari dari RSUD Pasar Rebo; dr. Romala Kuswindarti dari RSUD Ciracas; serta dr. Ngabila Salama, dr. Dwi Oktavia, dan dr. Widyastuti, MKM dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Sampel tes Virus Corona atau COVID-19

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien COVID-19 yang meninggal dunia adalah 58,2 tahun. Risiko kematian meningkat mulai usia 50 tahun ke atas dengan perbedaan signifikan dibandingkan usia di bawahnya. Dari 41,1 persen pasien COVID-19 dengan pneumonia, sebanyak 81,6 persen pasien meninggal. 

Pada pasien-pasien tersebut juga dijumpai gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas. Risiko kematian pasien COVID-19 di usia tua meningkat akibat pengaruh dari kerja sistem imun tubuh yang menurun.

Mereka menjadi lebih rentan untuk mengalami kondisi serius dan respons pengobatan yang tidak maksimal. Pasien pneumonia dan sesak napas juga sangat mungkin mencapai luaran buruk karena peluang pasien-pasien ini untuk jatuh ke dalam kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS) meningkat.

Penelitian ini juga menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan risiko kematian pasien COVID-19 sebesar dua kali lipat. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi, baik kepada masyarakat maupun klinisi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi risiko kematian pasien COVID-19.

Baca juga: Pahami Gejalanya, Begini Rasanya Sakit Tenggorokan Akibat COVID-19

"Sikap waspada dan upaya pencegahan harus senantiasa dilakukan apalagi melihat angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia terbilang tinggi jika dibandingkan angka kematian dunia," kata Prof. Ari.

Untuk itu, patuhi selalu protokol kesehatan dan jangan lupa melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan Pakai Sabun.

#satgascovid19
#pakaimasker
#ingatpesanibu
#cucitanganpakaisabun
#jagajarakhindarikerumunan

Presiden Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Dewan Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) José Manuel Barroso.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Ketua Dewan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), Jose Manuel Barroso berkomitmen untuk melanjutkan kerja sama dengan Indonesia dalam upaya memperkuat imunisa

img_title
VIVA.co.id
7 Desember 2024