Ahli: Tak Selalu Pasien Positif COVID-19 Paru-parunya Akan Rusak

Ilustrasi tes swab Corona Covid-19
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA –Wabah COVID-19 saat ini melanda di berbagai belahan dunia. Mereka yang terkonfirmasi positif mengidap COVID-19 akan mengalami infeksi saluran pernafasan. Seseorang yang terkonfirmasi positif COVID-19 disebut-sebut paru-parunya dapat mengalami kerusakan.

7 Tips Menjaga Kesehatan Paru-paru untuk Perokok Aktif

Apa benar klaim tersebut? Dalam program Hidup Sehat tvOne, Selasa 6 Oktober 2020, Spesialis Penyakit Paru, dr. Dr. Fariz Nurwidya, SpP, PhD menyebut bahwa tidak selalu orang yang terkena COVID-19 paru-parunya akan rusak. 

"Tergantung derajat dari penyakitnya. Pada COVID-19 ini status konfirmatif status infeksi gak nyambung dengan derajat penyakit. Betapa besar jumlah orang yang terkonfirmasi tapi dia tidak menggejala atau disebut OTG. Orang tanpa gejala ini dia parunya nyaris tidak ada perubahan dibandingkan dengan keadaan sebelum dia infeksi," kata dia, Selasa 6 Oktober 2020.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Baca Juga: Ahli Kesehatan Ingatkan Donald Trump: COVID-19 Adalah Ancaman

Namun, kata dia hal ini akan berbeda ketika penderita COVID-19 dengan gejala berat hingga critical ill. Fariz menyebut bahwa mereka yang terpapar virus corona dengan derajat penyakit berat hingga critical ill, luas kelainan parunya cukup besar. 

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Bahkan, kata dia terkadang ada sebagian subjek yang karena lesi atau tingkat kerusakan radang pada parunya terlalu luas. Sehingga tidak bisa berhasil dibersihkan oleh sistem pertahanan tubuh ketika mereka yang telah terpapar virus corona dinyatakan sudah sembuh. 

"Dan beberapa jaringan berubah menjadi jaringan parut (fibrosis). Ini perlu diantisipasi pada kelompok penderita COVID-19 dengan derajat berat atau critical ill," jelas dia.

Dia juga menjelaskan, ketika seseorang yang pernah terinfeksi virus corona dengan derajat kesehatan berat hingga critical ill atau bahkan menggunakan alat bantu pernafasan dan dinyatakan sembuh juga perlu memperketat gaya hidup yang sehat. 

Sebab, orang pasca COVID-19 dengan terbentuk jaringan fibrotik di organ parunya memang rentan mengalami infeksi apapun.

"Jadi bukan hanya terapi farmakologi (obat-obatan) tapi juga rehab dan fisiologi dan nutrisi gabungkan modifikasi gaya hidup sehat agar tidak sampai ada zat iritatif yang terinhalasi pada penderita COVID-19," jelas dia. 

Seperti diketahui, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu, patuhi selalu protokol kesehatan dan jangan lupa melakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan Pakai Sabun. 

#satgascovid19
#pakaimasker
#ingatpesanibu
#cucitanganpakaisabun
#jagajarakhindarikerumunan

Orang Tua Harus Waspada! Penyakit Pneumonia Jadi Penyebab Terbesar Kematian Pada

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pneumonia pada orang dewasa dilaporkan mengalami peningkatan signifikan. Pneumonia sering kali diawali dengan gejala ringan.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024