Ganja Berpotensi Perangi COVID-19, Apa Kata Peneliti?
- The Texas Tribune
VIVA – Tiga tim peneliti medis yang berbeda sedang mengerjakan cara baru untuk memerangi komplikasi paling parah dari COVID-19 melalui obat herbal. Dalam penelitian terbaru, ilmuwan menemukan bahwa ganja berpotensi mencegah respons imun berlebihan dari serangan virus tersebut.
Dalam sebuah penelitian di University of South Carolina, para ilmuwan menemukan bahwa, dalam percobaan pada tikus, ganja dapat mencegah respons kekebalan ekstrem yang dapat berakibat fatal bagi pasien virus corona.
THC, zat dalam ganja, tampaknya menekan Sindrom Gangguan Pernapasan Akut, yang menjadi komplikasi dari penyebab banyaknya kematian akibat virus corona. Begitu laporan yang dikutip dari laman Daily Star.
Baca juga: Peneliti Kembangkan Metode Baru untuk Ungkap Pola Mutasi Virus Corona
Tim yang dipimpin oleh Profesor Amira Mohammed menerbitkan penelitian mereka di Frontiers in Pharmacology. Mereka menulis bahwa pengobatan dengan THC menyebabkan tikus bertahan 100 persen.
Badai sitokin mematikan yang memengaruhi pasien dengan bentuk akut COVID-19 juga dapat dikontrol menggunakan bahan kimia yang ditemukan dalam ganja, menurut sebuah penelitian di Israel.
Studi tersebut, yang dilakukan oleh Eybna dan Cannasoul, mencatat bahwa terpene yang ditemukan dalam ganja efektif melawan berbagai kondisi peradangan, termasuk sindrom badai sitokin yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh COVID-19.
“Hasil awal sangat positif,” CEO Eybna Nadav Eyal.
Ia menambahkan bahwa hasil tersebut menunjukkan bahwa terpene ganja menghasilkan lebih dari sekadar efek plasebo.
Sementara itu, dua peneliti ganja dari University of Lethbridge di Alberta, Kanada, Olga dan Igor Kovalchuk, menemukan bahwa beberapa ekstrak ganja berkadar CBD tinggi dan rendah THC dapat memblokir jalur yang digunakan oleh virus corona untuk menyerang sel.
Ini memberikan keamanan, tentu berbiaya rendah dan senjata yang tersedia secara global untuk memerangi pandemi. Kovalchuk awalnya mengembangkan jenis ganja untuk mengobati kondisi lain, tetapi meninjau kembali data mereka sehubungan dengan pandemi.
“Virus memiliki kapasitas untuk mengikat (reseptor protein) ACE2, dan ditarik ke dalam sel, hampir seperti pintu keluar masuk," kata Ivan Kovalchuk.
"Bayangkan sebuah sel menjadi sebuah bangunan besar. Cannabinoid mengurangi jumlah pintu di dalam gedung, katakanlah, 70 persen, jadi itu berarti tingkat pintu masuk akan dibatasi. Jadi, oleh karena itu, Anda memiliki lebih banyak kesempatan untuk melawannya," tuturnya menambahkan.
Jumlah pasien COVID-19 masih tinggi, maka jangan lupakan 3M: memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan.