Peneliti Buat Alat Tes Corona yang Hasilnya Lebih Cepat

Ilustrasi virus corona/COVID-19.
Sumber :
  • Freepik/Harryarts

VIVA – Para ilmuan telah mengembangkan jenis tes baru COVID-19 yang menggabungkan berbagai jenis data. Tes tersebut menggunakan sensor dan berbiaya rendah untuk menganalisis ukuran terkecil air liur atau darah dalam waktu kurang dari 10 menit.

Bertemu Prabowo, GAVI Janji akan Perkuat Kerja Vaksin dengan Indonesia

Para peneliti dari California Institute of Technology (Caltech) di AS, sebelumnya telah mengembangkan sensor nirkabel yang terbuat dari graphene (bentuk karbon seperti lembaran) yang dapat memantau kondisi seperti asam urat dengan mendeteksi tingkat senyawa tertentu yang sangat rendah di dalam darah, air liur, atau keringat.

Dijelaskan jurnal Matter,  dalam sensor lembaran plastik yang diukir dengan laser menghasilkan struktur graphene 3D dengan pori-pori kecil. Hal tersebut cukup sensitif untuk mendeteksi senyawa yang hanya ada dalam jumlah sangat kecil dengan akurasi tinggi. 

Prabowo Sebut Indonesia Bakal Jadi Anggota GAVI, Kucurkan Dana Rp 475 Miliar Lebih

Menurut penelitian, struktur graphene digabungkan dengan antibodi, molekul sistem kekebalan yang sensitif terhadap protein spesifik. Hal ini seperti yang ada di permukaan virus corona baru SARS-CoV-2.

Versi baru dari sensor tersebut, diketahui bernama SARS-CoV-2 RapidPlex, mengandung antibodi dan protein yang memungkinkannya mendeteksi keberadaan virus corona baru itu sendiri. Antibodi yang dibuat oleh tubuh untuk melawan patogen, dan penanda kimiawi peradangan yang menunjukkan  tingkat keparahan infeksi COVID-19.

PM Singapura Positif Covid-19 Setelah Kunker ke Beberapa Negara

"Ini adalah satu-satunya platform telemedicine yang pernah saya lihat yang dapat memberikan informasi tentang infeksi dalam tiga jenis data dengan satu sensor. Hanya dalam beberapa menit, kami dapat memeriksa level ini secara bersamaan, jadi kami mendapatkan gambaran lengkap tentang infeksi, termasuk infeksi dini, kekebalan, dan tingkat keparahan,"  kata rekan penulis studi Wei Gao dari Caltech seperti dikutip dari laman Times of India.

Sementara teknologi pengujian COVID-19 yang kini ada biasanya membutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk menentukan hasil, dan juga membutuhkan peralatan yang mahal dan rumit. Namun untuk alat ini, para peneliti mengatakan sistem baru itu sederhana dan kompak.

Para ilmuwan mengatakan sejauh ini mereka telah menguji perangkat tersebut hanya di laboratorium dengan sejumlah kecil sampel darah dan air liur yang diperoleh untuk tujuan penelitian medis dari individu yang dites positif atau negatif untuk COVID-19.

Meskipun hasil awal menunjukkan bahwa sensor tersebut sangat akurat, para peneliti percaya bahwa tes skala besar dengan pasien di dunia nyata daripada sampel laboratorium harus dilakukan untuk menentukan keakuratannya secara pasti.

Baca juga: WHO Setujui Alat Tes COVID-19 Lebih Murah Bagi Negara Miskin?

Peneliti juga berencana untuk menguji berapa lama sensor bertahan dengan penggunaan biasa, dan mulai mengujinya dengan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, dan memperkirakan kesesuaian tes untuk penggunaan di rumah.

"Tujuan utama kami sebenarnya adalah digunakan di rumah. Di tahun berikutnya, kami berencana untuk mengirimkannya ke individu berisiko tinggi untuk pengujian di rumah. Dan di masa mendatang, platform ini dapat dimodifikasi untuk jenis pengujian penyakit menular lainnya di rumah,” kata Gao.

Jumlah pasien COVID-19 masih tinggi, maka jangan lupakan 3M: memakai masker, menjaga jarak dan hindari kerumunan, serta mencuci tangan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya