Studi Baru, Zinc Dapat Cegah Tingkat Keparahan Covid-19
- pixabay
VIVA – Pandemi COVID-19 membuat masyarakat semakin concern terhadap kesehatan tubuh. Selain mengonsumsi makanan yang bergizi, mengonsumsi vitamin C juga diketahui dapat membantu menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari penularan virus corona.
Namun, ternyata tidak hanya vitamin C saja, mengonsumsi vitamin zinc. Zinc diketahui berperan dalam membantu sistem kekebalan tubuh dan fungsi metabolisme.Â
Bahkan, sebuah studi awal yang diris pada konferensi Eropa online mengisyaratkan adanya hubungan antara kadar zinc dalam darah terhadap kondisi kesehatan pasien COVID-19, seperti dikutip dari laman Times of India.
Baca juga:Â WHO Izinkan Vaksin Corona Asal China Didistribusi ke Seluruh Negara
Pemimpin penelitian, Dr Roberto Fernandez dari Spanyol diketahui melakukan pengamatan terhadap 249 pasien termasuk 21 pasien yang meninggal akibat COVID-19 sepanjang pertengahan Maret hingga April lalu. Ratusan responden dalam penelitian itu kemudian mengambil sampel kadar zinc puasa wanita dan pria usia 61 dan 63 tahun.Â
Dari data yang telah diambil diketahui bahwa kadar atau tingkat zinc pada pasien COVID-19 yang sembuh lebih banyak daripada orang yang meninggal karena penyakit. Yang mana kadar zinc pada pasien sembuh berkisar pada angka 63,1, sedangkan pada pasien yang meninggal kadar zinc berada pada angka 43 mikrogram per desiliter.
Setelah mempertimbangkan semua faktor lainnya, ditemukan bahwa setiap unit peningkatan kadar zinc dalam darah pada saat masuk rumah sakit dikaitkan dengan risiko kematian di rumah sakit yang 7 persen lebih rendah. Tingkat zinc yang lebih rendah pada saat masuk di rumah sakit berkorelasi dengan peradangan yang lebih tinggi selama infeksi.
Namun, sebelum Anda mulai mengonsumsi tablet zinc, perlu diingat bahwa penelitian ini terbatas pada kelompok pasien yang lebih kecil. Â Menurut para ahli, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan.
Penelitian ini mengaitkan kadar zinc yang lebih rendah pada saat masuk rumah sakit dengan peningkatan risiko kematian pada pasien, tidak membuktikan bahwa satu dapat menyebabkan yang lain. Â Studi tersebut hanya menunjukkan hubungan antara penyakit dan nutrisi.