Kenali Gejala Badai Sitokin, Serang Paru-paru dan Sebabkan Kematian
- Hidup Sehat tvOne
VIVA – Sitokin merupakan protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel. Namun jika jumlah sitokin yang dikeluarkan di paru-paru berlebih, itu yang disebut sebagai badai sitokin.
Nah, hal ini akan menyebabkan paru-paru menjadi sangat padat dan kaku.
Sayangnya, virus corona juga dapat menyebabkan timbulnya badai sitokin pada paru-paru pasien yang terinfeksi, sehingga dapat berujung pada kematian.
Dalam tayangan program Hidup Sehat tvOne, spesialis paru, Dr Yahya, Sp.P, menjelaskan beberapa gejala yang ditimbulkan dari badai sitokin ini. Berikut di antaranya.
"Jadi gejalanya badannya sakit semua, jadi pasien ada yang ngomong kayak lepasnya daging dari tulang. Kemudian nafsu makan hilang, panas yang tinggi, sakit semua badannya, nyeri-nyeri sendi, otot, bahkan confuse dia gak tahu dia di mana, pasien ditanya bengong. Nah, ini salah satu gejala ke arah sana," ujarnya Rabu 23 September 2020.
Baca juga: Tak Cuma Infeksi COVID-19, Tenaga Kesehatan Alami Kelelahan Mental
Jika sudah merasakan gejala-gejala tersebut, dokter Yahya menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit dan menjalani test swab.
"Menghadapi masyarakat yang begini kita gak boleh lengah. Begitu ada gejala seperti itu, segera lakukan tes, terapi sama tracing, ditelusuri mana aja yang sudah berhubungan dengan pasien itu," lanjut dia.
Namun kabar baiknya, badai sitokin bisa dihindari. Menurut Yahya, kunci yang pertama adalah, begitu timbul gejala, seperti batuk kering, pusing, dan demam lebih dari 38,5 derajat celcius, segera periksakan ke dokter.
Semakin cepat kamu memeriksakan diri, badai sitokin bisa dicegah.
"Kemudian yang kedua, begitu kena memang agak susah karena image di masyarakat begitu kena COVID-19 ini seolah-olah kena najis, seolah-olah gambarannya pasti mati, padahal tidak. Begitu kena, tenang, berobat. Ketenangan adalah kemenangan yang luar biasa, karena rilis dari serotonin dan sebagainya. Jadi, pertahanan tubuh kita terjaga dari virus itu tapi yang bersifat wajar," tutup dokter Yahya.