Penyakit Relawan Uji Vaksin COVID-19 Oxford Bukan Karena Suntikan

Ilustrasi vaksin
Sumber :
  • Pixabay/kfuhlert

VIVA – Gejala penyakit yang mungkin dialami oleh relawan vaksin COVID-19 yang dikembangkan Universitas Oxford dan mitranya AstraZeneca mungkin bukan berasal dari suntikan tersebut. Hal itu memungkinkan studi dilanjutkan kembali.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

Peninjauan keamanan dilakukan ketika peserta dalam studi Oxford itu mengalami gejala neurologis yang tidak dapat dijelaskan termasuk kelemahan anggota tubuh atau sensasi berubah. Setelah tinjauan independen, gejala penyakit ini dianggap tidak mungkin terkait dengan vaksin atau tidak ada cukup bukti untuk mengatakan dengan pasti bahwa penyakit itu terkait atau tidak dengan vaksin.

"Dalam setiap kasus uji vaksin, setelah mempertimbangkan informasi, peninjau independen merekomendasikan agar vaksinasi dilanjutkan," tulis surat dari peneliti Oxford, dikutip dari laman The Sydney Morning Herald.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya

Baca Juga: Relawan Sakit, Vaksin COVID-19 AstraZeneca Tetap Tersedia Akhir Tahun

Namun, AstraZeneca dan Oxford terus menghadapi pertanyaan tentang penelitian tersebut, dan studi vaksin tetap ditahan di AS menunggu tinjauan peraturan. Diketahui, ini adalah indikasi pertama dari Oxford mengenai sifat penyakitnya, yang memicu kekhawatiran luas tentang keamanan vaksin.

Kedekatan Trump dan Putin Bocor, Sering Teleponan hingga Kirim Alat Tes COVID-19

Interupsi tersebut menyoroti ketidakpastian yang dihadapi para peneliti dalam perjalanan untuk mengembangkan vaksin. Meskipun penghentian sementara dalam uji coba semacam itu tidak jarang, jeda dalam penelitian Oxford telah meningkatkan kekhawatiran tentang kapan suntikan pertama pada vaksin COVID-19 yang memberikan perlindungan di tengah pandemi akan siap.

Chief Executive Officer AstraZeneca Pascal Soriot sebelumnya mengatakan bahwa tidak jelas apakah peserta memiliki kondisi yang disebut myelitis transversal, usai laporan yang mengaitkannya sebagai diagnosis efek samping vaksin yang dicurigai. Direktur Institut Kesehatan Nasional AS Francis Collins juga mengatakan kepada komite Senat pekan lalu bahwa uji coba telah dihentikan karena masalah sumsum tulang belakang.

Kasus ini adalah kali kedua seseorang yang ikut serta dalam penelitian AstraZeneca mengembangkan gejala neurologis, yang menyebabkan penelitian dihentikan. Hingga kini, AstraZeneca menolak berkomentar. Perwakilan Oxford juga tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Baca juga: Timbulkan Efek Samping, Pengembangan Vaksin Corona Oxford Ditunda

Oxford dan AstraZeneca adalah di antara yang terdepan dalam upaya mengembangkan vaksin melawan virus corona. Seperti yang lain, para mitra berusaha mencapai dalam beberapa bulan, di mana biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin.

Virus Corona atau Covid-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Indonesia once faced the challenges of the Covid-19 pandemic. As part of an effort to provide early prevention it, can be done by an app.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024