Bukan Flu atau Batuk, Ini Gejala COVID-19 Paling Khas
- Freepik/freepik
VIVA – Gejala infeksi virus corona atau COVID-19 dengan flu biasa, memang sangat mirip karena disebabkan oleh jenis virus yang serupa. Namun, virus corona tentu jauh lebih berbahaya bagi tubuh manusia dibanding flu biasa.
Deteksi dini adalah salah satu cara untuk mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi. Untuk itu, mengetahui perbedaan gejala antara keduanya tentu sangat penting, karena dapat menjadi kunci untuk mencegah atau mengobati COVID-19 sejak dini dan melindungi kamu dari risiko infeksi parah.
Dilansir Times of India, Rabu 16 September 2020, para ahli percaya bahwa diagnosis bermuara pada satu gejala sederhana, yaitu indera penciuman kamu. Seperti gejala virus corona lainnya, hilangnya penciuman dan rasa, baik ringan atau parah, tidak boleh dianggap enteng.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Antibodi Penetral untuk Obati dan Cegah COVID-19
Anosmia atau hilangnya rasa dan penciuman secara tiba-tiba adalah gejala COVID-19 yang khas, yang jarang terlihat pada infeksi virus lainnya. Viral load di saluran pernapasan bagian atas ini dapat memicu hilangnya indera perasa pada pasien dan merupakan salah satu dari enam cara COVID-19 memengaruhi kamu.
Sebuah studi JAMA berskala besar yang dilakukan pada Mei 2020, menemukan bahwa hampir 60 persen dari catatan pasien menderita kehilangan penciuman, karena virus mulai menyerang indra penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.
Kehilangan penciuman juga dapat terlihat pada pasien yang memiliki gejala atipikal atau asimtomatik atau orang tanpa gejala (OTG). Orang yang mengalami gangguan indera penciuman, dapat bertindak sebagai pembawa tanpa gejala dan menularkan penyakit, yang meningkatkan risiko infeksi.
Kehilangan penciuman adalah tanda-tanda COVID-19, tetapi juga jarang terlihat pada orang yang memiliki kasus flu akut. Namun, dalam kasus COVID-19, bisa menjadi lebih parah dan mendalam. Lebih dari itu, tidak seperti gejala flu biasa, hilangnya indera penciuman dan perasa dapat terjadi tanpa adanya hidung tersumbat.
Bahkan dapat memengaruhi kemampuan untuk membedakan antara rasa manis dan pahit, dan mungkin terjadi tanpa hidung tersumbat. Analisis sampel yang dilakukan di AS, membuktikan bahwa temuan itu benar.
Sebuah studi sampel kecil dilakukan oleh Arnold Monto, seorang ahli epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, dan Carl Philpott, seorang ahli telinga, hidung dan tenggorokan dari Universitas East Anglia.
Studi ini dilakukan untuk membantu membedakan antara COVID-19 dan flu. Para ahli mendasarkan studi mereka dengan memberikan 30 orang tes penciuman dan rasa. Dalam kelompok, 10 orang telah didiagnosis dengan COVID-19, 10 menderita pilek dan flu yang sangat parah, dan 10 orang adalah sukarelawan yang sehat.
Hasilnya, orang dengan diagnosis COVID-19 lebih rentan mengalami kehilangan rasa. Sedangkan relawan yang terserang flu parah, hilangnya penciuman dan rasa hanya tercatat pada 4 dari 10 relawan. Yang ditemukan pada penderita virus corona mengatakan, indera mereka terkena dampak yang lebih dalam, untuk waktu yang lebih lama.
Baca juga: Alasan Kenapa Jenazah COVID-19 Harus Dibungkus Plastik
Meskipun masih belum ada bukti konklusif yang menunjukkan bahwa hilangnya penciuman mungkin satu-satunya gejala khas yang harus diwaspadai. Para ahli dalam penelitian tersebut menyarankan untuk melakukan tes mengendus sederhana di rumah, selain memerhatikan gejala COVID-19 khas lainnya, yang dapat membantu memberikan perlindungan.
Monto juga mengingatkan bahwa masyarakat, terutama mereka yang termasuk dalam kategori berisiko tinggi atau asimtomatik, harus mewaspadai tanda-tanda dispnea, yaitu mengalami kesulitan bernapas.