Masih Muda Sering Lupa Nama Orang, Ternyata Ini Sebabnya

ilustrasi ketika lupa
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Tidak sedikit dari kita yang masih berusia muda kerap lupa dengan nama orang, padahal baru beberapa menit yang lalu disebutkan. Sebenarnya, itu berbahaya atau masih normal dialami, ya?

Avatar Ajaib Bisa Jadi Solusi untuk Penderita Alzheimer dan Demensia

Ketua Studi Neurobehavior PERDOSSI, dr. Astuti, Sp.S(K), mengatakan bahwa lupa yang dialami oleh orang di usia muda, bisa menjadi tanda adanya gangguan atensi atau konsentrasi. Hal itu lantaran otak depan sebelah kanannya mengalami penurunan sel-sel saraf.

Tetapi, kondisi itu wajar dan bukan sebuah tanda bahaya dari penyakit tertentu pada otak yang sehat. Biasanya, banyak orang di usia produktif yang tidak fokus pada satu hal.

Menghadapi Pikun Dini? 9 Latihan Otak yang Perlu Anda Coba Sekarang!

Baca juga: Jangan Sepelekan, Ini Beda Pikun Normal dan Akibat Alzheimer

"Kalau pada anak muda tanpa penyakit lain, seperti infeksi otak epilepsi, pengembangan otak dan lain-lain, sehat itu biasanya lupa karena gangguan atensi, pikirannya ke mana-mana enggak fokus," ujar dr. Astuti dalam talkshow virtual yang diinisiasi Eisai Indonesia, beberapa waktu lalu.

Waspada! Gaya Hidup Sehari-hari Anda Bisa Jadi Pemicu Stroke di Usia Muda!

Adapun kekhawatiran terjadinya demensia alzheimer dini lantaran kerap lupa terhadap nama orang, perlu diteliti lebih lanjut. Dokter Astuti menekankan pentingnya mengenali faktor yang bisa memicu terjadinya Alzheimer.

"Biasanya anak muda sehat tidak punya faktor risiko (alzheimer), lupa dan sebagainya itu karena gangguan pada atensi," tuturnya lagi.

Diketahui saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak, sekitar 60-70 persen. Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun.

Penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular yakni hipertensi, metabolik, Diabetes, dislipidemia. Lalu pasca cidera kepala, pendidikan rendah, dan depresi.

"Yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut, genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer," kata Astuti.

Selain mengetahui faktor risikonya, penting juga untuk menyadari bahwa Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting bagi penyakit Demensia Alzheimer.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya