Hore, Paru-paru Pasien COVID-19 Bisa Membaik Usai Sembuh Total

Ilustrasi paru-paru.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

VIVA – Paru-paru dan jantung pasien yang rusak akibat COVID-19 akan membaik seiring waktu. Penelitian itu dilakukan di Austria dengan merekrut pasien virus corona yang tengah dirawat di rumah sakit.

7 Tips Menjaga Kesehatan Paru-paru untuk Perokok Aktif

Para peneliti telah melaporkan hasilnya pada 86 pasien pertama yang terdaftar antara 29 April dan 9 Juni. Para pasien dijadwalkan untuk kembali untuk evaluasi enam, 12 dan 24 minggu setelah dipulangkan, sebagai tindak lanjut prospektif pertama dari orang yang terinfeksi COVID-19.

"Kabar buruknya adalah bahwa orang-orang menunjukkan kerusakan paru-paru dari COVID-19 minggu setelah keluar; kabar baiknya adalah kerusakannya cenderung membaik seiring waktu, yang menunjukkan bahwa paru-paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki dirinya sendiri," ujar salah satu peneliti, dr Sabina Sahanic, dikutip dari laman The Independent.

Bahaya Polusi Udara bagi Kesehatan Paru-Paru dan Cara Mencegahnya

Baca juga: Body Shaming, Apa Artinya dan Mengapa Kita Melakukannya?

Ada pun pemeriksaan klinis, uji laboratorium, analisis jumlah oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri, dan uji fungsi paru dilakukan selama kunjungan tersebut. Pada saat kunjungan pertama, lebih dari separuh pasien memiliki setidaknya satu gejala persisten, terutama sesak napas dan batuk, dan CT scan masih menunjukkan kerusakan paru-paru pada 88 persen pasien.

Skrining Paru-paru, Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa

Tetapi pada saat kunjungan mereka berikutnya, 12 minggu setelah keluar, gejalanya membaik, dan kerusakan paru-paru berkurang hingga 56 persen. Sebanyak 56 pasien (65 persen) menunjukkan gejala persisten pada saat kunjungan enam minggu mereka. Sesak napas adalah gejala yang paling umum (40 pasien, 47 persen), diikuti batuk (13 pasien, 15 persen).

Baca juga: Kepanasan, Penumpang Ini Buka Pintu Pesawat dan Jalan di Sayapnya

Pada kunjungan 12 minggu, sesak napas telah membaik dan terjadi pada 31 pasien (39 persen), tetapi 13 pasien (15 persen) masih batuk. Di tahap ini, masih terlalu dini untuk mendapatkan hasil dari evaluasi pada 24 minggu.

Pada kunjungan enam minggu, ekokardiogram menunjukkan bahwa 48 pasien (58,5 persen) mengalami disfungsi ventrikel kiri jantung pada titik saat relaks dan dilatasi (diastole). Indikator biologis kerusakan jantung, pembekuan darah dan peradangan semuanya meningkat secara signifikan.

"Untungnya, dalam kelompok Innsbruck, kami tidak mengamati disfungsi jantung terkait corona yang parah pada fase pasca-akut. Disfungsi diastolik yang kami amati juga cenderung membaik seiring waktu," tutur Sabina.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya