21 Negara Kompak Sebut Nasi Putih Sebagai Biang Kerok Diabetes
- Freepik/freepik
VIVA – Nasi putih mendapatkan reputasi buruk selama beberapa tahun terakhir. Tidak hanya dikaitkan dengan penambahan berat badan, tetapi juga kadar gula darah tinggi.
Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan pada 130.000 orang dewasa, selama 10 tahun di 21 negara, juga menunjukkan beberapa hasil yang tidak begitu baik tentang nasi putih.
Baca Juga: Tahukah Kamu Kandungan Kalori dari Sepiring Nasi?
Berdasarkan hasil penelitian, konsumsi nasi putih dikaitkan dengan risiko tinggi diabetes. Dan risikonya ternyata lebih umum di antara populasi di Asia Selatan. Demikian dilansir dari Times of India, Selasa, 8 September 2020.
Penelitian ini dilakukan secara besar-besaran dan merupakan kerjas ama internasional antara peneliti dari berbagai negara, antara lain China, Brasil, India, Amerika Utara dan Selatan, Eropa dan Afrika dan dipimpin oleh Bhavadharini Balaji dari Population Health Research Institute, Hamilton Health Sciences dan Universitas McMaster, Kanada. Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal Diabetes Care.
Baca Juga: 5 Trik Masak Nasi yang Pulen Sempurna
Proses penggilingan dan pemolesan nasi putih menghilangkan nutrisinya seperti vitamin B dan indeks glikemiknya yang tinggi, menyebabkan lonjakan kadar gula darah.
Sebuah studi lama yang dilakukan pada 2012 menemukan bahwa setiap porsi nasi meningkatkan risiko diabetes sebesar 11 persen. Namun, temuan tersebut berubah tergantung pada negara tempat dilakukannya penelitian.
Namun, sebuah penelitian yang dilakukan pada 45.000 peserta tidak menemukan peningkatan yang berarti pada diabetes dengan konsumsi nasi putih. Untuk mengatasi hal ini, penulis studi akhirnya melibatkan 21 negara dalam studi ini.
Orang-orang Asia Selatan ditemukan secara genetik cenderung terkena diabetes, karena gaya hidup dan alasan biologis. Untuk memahami data ini, temuan dari India, Bangladesh dan Pakistan, dibandingkan.
Para partisipan dalam penelitian ini berusia antara 35 - 70 tahun. Dari 132.373 orang, 6129 di antaranya mengembangkan diabetes selama 9,5 tahun. Konsumsi nasi putih rata-rata 128 mg. Namun, konsumsi nasi putih tertinggi terlihat di Asia Selatan sebesar 630 gram sehari, disusul Asia Tenggara dan China, masing-masing 238 gram dan 200 gram per hari.
Konsumsi nasi putih yang lebih tinggi dikaitkan dengan konsumsi makanan lain yang lebih rendah, seperti serat, produk susu dan daging. Ditemukan juga bahwa karbohidrat menyumbang hampir 80 persen kalori yang dikonsumsi di banyak negara Asia Selatan.
Namun, seiring waktu, karbohidrat menjadi semakin halus, sehingga proses ini juga menghilangkan nutrisinya. Tapi, tidak setiap orang yang makan nasi putih rentan terkena diabetes. Tidak hanya tergantung pada konsumsi, tapi juga pada kualitas beras dan apa saja yang dikonsumsinya selain nasi putih.
China dan India adalah dua negara terbesar di dunia di mana nasi putih menjadi makanan pokoknya. Tetapi, para peneliti menemukan, tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi nasi putih dan diabetes di China. Ini mungkin karena faktor gaya hidup mereka yang lain. Ketan yang dimakan orang China juga bisa menjadi alasan untuk ini.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa mengganti nasi putih dengan nasi merah dapat menurunkan indeks glikemik sebesar 23 persen dan respons insulin sebesar 57 persen pada orang India dan Asia, yang mengalami kelebihan berat badan.
Orang yang mengonsumsi nasi putih sebagai makanan pokok, peningkatan risiko diabetes dapat diturunkan dengan mengganti nasi putih dengan pilihan yang lebih sehat. Pasangkan juga dengan kacang-kacangan serta sayuran hijau.