Kortikosteroid Dapat Kurangi Risiko Kematian Pasien COVID 20 Persen

Virus corona
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Sebuah analisis dari tujuh uji coba berskala internasional tentang penggunaan obat kortikosteroid menunjukkan, bahwa penggunaan obat tersebut pada pasien kritis dapat mengurangi risiko kematian hingga 20 persen. 

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Analisis yang mengumpulkan data uju coba terpisah dari hidrokortison, deksametason dan metilprednisolon dosis rendah, menemukan bahwa steroid meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien COVID-19 yang dirawat intensif di rumah sakit.

“Ini setara dengan sekitar 68 persen pasien (yang paling sakit COVID-19) yang bertahan hidup setelah pengobatan dengan kortikosteroid, dibandingkan dengan sekitar 60 persen yang bertahan tanpa kortikosteroid,” kata para peneliti dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari laman Asiaone

COVID-19 di Jakarta Naik Lagi, Total Ada 365 Kasus

Baca juga: Hore, Vaksin Merah Putih Sudah Rampung 50 Persen

Pimpinan perawatan klinis WHO, Janet Diaz, mengatakan badan tersebut telah memperbarui sarannya untuk memasukkan "rekomendasi" penggunaan steroid pada pasien COVID-19 dengan kondisi parah dan kritis.

Kasus COVID-19 di DKI Jakarta Naik Sejak November 2023

“Bukti menunjukkan bahwa jika Anda memberikan kortikosteroid ... (ada) 87 kematian lebih sedikit per 1.000 pasien itu adalah nyawa,” kata dia mengatakan pada siaran langsung media sosial WHO. 

Di sisi lain, Seorang profesor statistik medis dan epidemiologi di Universitas Bristol Inggris yang mengerjakan analisis tersebut, Jonathan Sterne, mengatakan uji coba yang dilakukan oleh para peneliti di Inggris, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Spanyol dan Amerika Serikat memberikan pesan yang menunjukkan bahwa obat itu bermanfaat bagi pasien yang paling sakit tanpa memandang usia atau jenis kelamin atau berapa lama pasien sakit.

Baca juga: Wali Kota Singkawang dan Para Anggota Keluarganya Positif Corona

Penemuan yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association, memperkuat hasil yang dipuji sebagai terobosan besar dan diumumkan pada bulan Juni, ketika deksametason menjadi obat pertama yang terbukti mampu mengurangi tingkat kematian di antara pasien COVID-19 yang kritis.

Deksametason telah digunakan secara luas di unit perawatan intensif yang merawat pasien COVID-19 di beberapa negara sejak saat itu.

Selain itu, seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di Universitas Oxford yang juga mengerjakan uji coba deksametason, Martin Landray, mengatakan hasil tersebut berarti dokter di rumah sakit di seluruh dunia dapat dengan aman beralih menggunakan obat-obatan tersebut untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Panduan terbaru WHO, yang diterbitkan di situs webnya pada Rabu malam, mengatakan kortikosteroid hanya boleh digunakan dalam pengobatan pasien COVID-19 yang paling sakit, dan tidak pada kasus yang tidak parah, karena pengobatan tidak membawa manfaat (dalam kasus yang lebih ringan) dan  bahkan bisa terbukti berbahaya. 

Badan kesehatan PBB ini juga mendesak negara-negara untuk mempertahankan stok kortikosteroid yang cukup, sambil tidak mempertahankan stok berlebihan yang dapat menghalangi akses negara lain.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya